Selasa, 07 Juni 2011

Husnul Khotimah

Detik-Detik “Proklamasi Kemerdekaan” dari Penjara Dunia
Innamal a’malu bikhowatimihaa ~ sesungguhnya amal yang menentukan sorga-neraka adalah akhirnya amalan. Bagaimana amalan - dan niatnya amalan - ketika maut menjemput?

Apakah mati dalam keadaan percaya (iman), tidak percaya (kafir) atau ragu-ragu (munafik)? Apakah mati sedang beramal sholih atau sedang berbuat maksiat? Padahal perintah Alloh walaa tamuutunnaa illa wa antum muslimuun ~ janganlah sekali-sekali mati kamu sekalian kecuali dalam keadaan Islam.Matilah dengan baik: husnul khotimah.

Bukan Happy Ending
Husnul khotimah tidak selalu happy ending atau akhir yang menyenangkan menurut ukuran manusia.
Syuhada perang Badar, dan banyak perang lainnya, semua mati penuh luka. Di perang Uhud, Hamzah ditombak seorang budak bayaran, dan jantungnya dimakan Hindun istri Abu Sofyan. Nabi mengirim 70 muballigh untuk dakwah di kaum Ri’lin, Dzakwan dan ‘Ushoyyah, semua dibunuh dan disisakan satu, itupun yang pincang. Di zaman Fir’aun, Masyitoh dan bayinya mati direbus.

Dalam ukuran manusia, itu semua sepertinya “bad ending” ~ akhir yang buruk, tetapi di sisi Alloh, itulah husnul khotimah, akhir yang baik.
Firman Alloh: walaa taquuluu liman yuqtalu fii sabiilillaahi amwaatun bal ahyaaun walaakin laa tasy’uruun ~ dan janganlah kamu mengatakan orang yang terbunuh didalam sabilillah itu mati, bahkan mereka hidup abadi tetapi kamu sekalian tidak menyadari.

Suu-ul Khotimah

Kebalikan dari husnul khotimah adalah suu-ul khotimah, alias akhir kehidupan atau mati dalam keadaan yang buruk.
Itulah yang menyebabkan mengapa kemana-mana perlu memakai jilbab. Sebab bukankah suu-ul khotimah kalau mayat muslimat disaksikan di luar rumah tidak menggunakan jilbab?

Itulah yang menyebabkan seorang anak harus setiap saat selalu memastikan dirinya diridloi kedua orang-tua. Sebab bukankah suu-ul khotimah kalau matinya ketika dalam keadaan dimurkai mereka?
Itulah yang menyebabkan jauhi indehoy, sebab bukankah suu-ul khotimah kalau matinya ketika berada dipelukan pasangan yang bukan mahromnya seperti yang sering diberitakan di media? Padahal di hadits disebutkan lebih baik kepala ditusuk dengan besi membara daripada menyentuh lawan jenis yang tidak halal baginya.
Dst, dst.

3 Pantangan Akbar
Tahun 80an pernah ada pitutur yang sangat menggembirakan tetapi juga mengerikan. Menggembirakan karena amalan sekecil apapun, ternyata bisa membawa ke sorga. Mengerikan karena amalan sebesar apapun, ternyata bisa berujung ke neraka. Kuncinya adalah di menjauhi 3 pantangan akbar berikut:
Pertama, jangan sampai murtad alias keluar dari Islam. Kedua, jangan sampai munafiq alias ragu-ragu tentang Islam. Ketiga, jangan sampai tidak karena Alloh.
Tentang Karena Alloh, sudah pernah dibahas di rubrik ini. Ancamannya neraka selama-lamanya.

Tentang munafiq, idem. Ancamannya: innal munaafiqiina fid darqi asfali minannaari ~ sesungguhnya orang munafiq itu menjadi keraknya neraka.
Tentang murtad, firman Alloh: wa man yartadid minkum ‘an diinihii fayamut wahuwa kaafirun fa ulaa-ika habitot a’maaluhum fid dun-yaa wal aakhiroti wa ulaa-ika ashhaabunn naari hum fiihaa khooliduun ~ dan barang siapa yang murtad (keluar) dari agama Islam dan mati di dalam kekafiran maka lebur semua amalannya di dunia dan di akhirot dan mereka adalah ahli neraka di dalamnya kekal selama-lamanya.

Tentang murtad, sabda Nabi: al khowarij kilaabun naari ~ orang yang khoroja-keluar dari agama Islam menjadi anjingnya neraka.
Jika kemunafikan dan tidak karena Alloh itu sangat sulit kelihatan oleh orang lain, maka kemurtadan itu sangat jelas. Mengapa? Sebab ada garis demarkasi, garis pemisah yang tegas dari orang yang murtad. Dia sudah tidak bersama-sama kaum Muslimin lagi.
Orang murtad itu artinya orang yang sudah diberi hidayah, tetapi hidayahnya dicabut oleh Alloh. Mengapa dicabut? Mengapa keluar dari Islam? Tentu saja ada penyebabnya. Bisa karena jaminan “mie-instant” seumur hidup dari agama lain, atau bisa karena sebab-sebab yang lebih “canggih”.

Murtad = Wadal

Jika Tentara Nasional Indonesia mengatakan ‘Esa hilang dua terbilang’, lagu perjuangan Gugur Bunga mengatakan ‘Gugur satu tumbuh seribu’. Nah, untuk al-Murtadin wal Murtadun dan sejenisnya ini Alloh berfirman wayastabdil qouman ghoirukum ~ dan mengganti Alloh dengan 1 kaum yang lebih baik dari kamu.
Artinya? Di TNI mati 1 gantinya 2 tentara, laki. Di lagu Gugur Bunga mati 1 gantinya 1000 prajurit, laki. Di Islam 1 murtad gantinya kaum: laki-perempuan. Beranak-pinak. Itulah wadal: 1 murtad, se RT insaf. Se RT murtad, se RW insaf.
Belum lama ini Vatikan merilis laporan bahwa jumlah ummat Islam di seluruh dunia sudah melampaui jumlah ummat Katolik, ummat yang sudah ratusan tahun terorganisasi sangat rapi di seluruh dunia dibawah pimpinan Paus. Bagi kita, itu tentunya janji Alloh tentang ayat wadal. Tetapi didalam laporan Vatikan, penyebabnya karena orang Islam itu, katanya, doyan beranak banyak.

Hafidz Taurat, Ring-1

Bagi yang pernah melaksanakan haji masyian menempuh Makkah-Arofah-Makkah dengan berjalan kaki bisa merasakan bagaimana beratnya menjadi “pengungsi”. Nah, bagaimana rasanya kalau “mengungsi” dalam waktu yang sangat lama?
Itulah yang terjadi dengan Nabi Musa ketika membawa kaumnya mengungsi dari kejaran Fir’aun dan tidak bisa menemukan kota tujuan Baitul Maqdis, karena do’a seorang ulama yang hebat ilmunya, hafidz Taurat. Tidak tanggung-tanggung: tersesat selama 40 tahun! Akhirnya Bal’am bin Bauro sang pendo’a, mati dalam keadaan suu-ul khotimah. Mati dalam keadaan lidah menjulur.
Suatu ketika turun penyakit too’un: pagi sakit sore mati, sore sakit pagi mati. Selidik punya selidik, rupanya gara-gara salah satu panglimanya, yang berada di Ring-1, berbuat zina. Maka tanpa ba-bi-bu lagi Musa mencopot sang panglima. Bukan pangkatnya, melainkan kepalanya. Panglima suu-ul khotimah, penyakit fatal pun hilang.
Rupanya kemurtadan itu tidak melihat tingginya ilmu, tingginya pangkat.

Mengikat Keimanan

Apa penyebab murtad? Ya hidayahnya lepas. Bagaimana menghindarinya? Ya diikat dengan kuat. Sekuat-kuatnya.
Bersyukurlah, selama  4 bulan berturut-turut majelis-majelis ta’lim mengkaji dalil-dalil Al-Quran dan Al-Hadits tentang bagaimana caranya mengikat keimanan. Rubrik ini terlalu pendek untuk menjelaskannya. So, silahkan datangi para muballigh-muballighot terdekat agar diperoleh ilmu yang paripurna tentang bagaimana caranya mengikat keimanan ini.
Visualisasi model husnul khotimah mungkin ada di AAC: Maria yang Kristen Koptik, tetapi jelang akhir hayatnya mengucapkan dua kalimah syahadat, tayamum, dan roh nya dijemput Malaikat Ijroil di rakaat pertama, diiringi sayup-sayup alunan syairan:
Alloohummagh firlanaa ~ Ya Alloh ampunilah hamba
Ya Ghoffar ~ Wahai Dzat Yang Maha Pengampun
Allohummaf tahlanaa abwaabar rohmah ~ Ya Alloh bukakan bagiku pintu rohmat
Alloohummaftahlanaa abwaabal barokah ~ Ya Alloh bukakan bagiku pintu barokah
Abwaaban ni’mah abwaabal quwwah ~ Pintu kenikmatan, pintu kekuatan
Wa abwaabal khoirot ~ Dan pintu akhirat
Alloohummagh firlanaa ~ Ya Alloh ampunilah hamba
Ya Ghoffaar ~ Wahai Dzat Yang Maha Pengampun.
Hidup hanya sekali. Detik-detik “Proklamasi Kemerdekaan” dari penjara dunia datang setiap saat. Tanpa pemberitahuan. Bagi yang sudah mendapat hidayah pilihannya hanya dua: husnul khotimah masuk sorga, atau suu-ul khotimah jadi kerak atau herder-nya neraka. Mau pilih mana?

Fa aina tadzhabuun?
Diasuh oleh :
Ir.H. Teddy Suratmadji, MSc.

Dalil-Dalil Keharmonisan Rumah Tangga

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللاَّ تِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلاَ تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلاً إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا * سورة النساء 34
Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi wanita (istrinya), karena kefadholan (kelebihan) yang Alloh berikan pada sebagian mereka (laki-laki) mengalahkan sebagian yang lain (wanita), dan karena orang laki-laki telah memberikan nafkah dari harta mereka. Maka wanita-wanita yang sholihah adalah wanita yang patuh dan menjaga pada barang yang ghoib, karena Alloh telah menjaga pada mereka.
Sedangkan wanita yang kalian khawatirkan melanggar, maka nasihatilah dan tinggalkanlah mereka di beberapa tempat tidur dan pukullah mereka. Jika mereka thoat pada kalian, janganlah kalian mencari-cari jalan atasnya. Sesungguhnya Alloh Maha Luhur dan Maha Agung.
Keterangan:
Ayat di atas menjelaskan bahwa seorang laki-laki (suami) diberikan beberapa kelebihan oleh Alloh seperti akan dijelaskan di beberapa ayat/hadits di bawah. Namun perlu diingat pula, bahwa sebagai laki-laki tetap harus bijaksana kepada istri. Walaupun diberikan kelebihan atau kewenangan untuk mengatur istri, harus tetap bisa menyenangkan hati istri.
Istri yang sholihah adalah istri yang bisa patuh dan thoat kepada suaminya, bisa menjaga rumah dan dirinya saat suaminya pergi.
Adapun jika seorang laki-laki merasa bahwa isitrinya melanggar, agar bisa menasihati dengan kata-kata yang baik dan lemah lembut. Jika dengan cara dinasihati tidak mempan, maka bersabarlah dan tinggalkan mereka pada tempat tidurnya (namun masih tetap di dalam rumah). Jika tidak mempan juga, maka pukullah, namun dengan pukulan yang mendidik, tidak begitu keras, tidak membekas, dan tidak memukul pada bagian wajah. Dan jika istri bisa thoat kepada suami setelah dinasihati dengan cara-cara di atas, maka janganlah mencari-cari alasan untuk memarahi atau memukulnya lagi.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا وَلاَ تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا بِبَعْضِ مَا آتَيْتُمُوهُنَّ إِلاَّ أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا * سورة النساء 19
(Wahai para laki-laki/suami) Dan bergaullah pada mereka (istri) dengan baik. Maka jika kalian tidak menyukai mereka, barangkali kalian tidak menyukai sesuatu (pada istri), padahal Alloh telah menjadikan pada istri tersebut kebaikan yang banyak.
Keterangan:
Ayat ini mengingatkan kepada para suami untuk bisa bergaul dan menggauli istri dengan baik. Jika suatu saat seorang suami menemui kekurangan pada istrinya, bersabarlah. Perlu diingat bahwa ada banyak kebaikan-kebaikan yang diberikan oleh Alloh kepada seorang istri. Semua manusia pasti memiliki kekurangan, begitu juga dengan seorang istri. Selalu mengingat kebaikan istri adalah salah satu jalan agar kehidupan pernikahan selalu bisa berjalan dengan baik dan harmonis.

وَلَنْ تَسْتَطِيعُوا أَنْ تَعْدِلُوا بَيْنَ النِّسَاءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ فَلاَ تَمِيلُوا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوهَا كَالْمُعَلَّقَةِ وَإِنْ تُصْلِحُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا * سورة النساء 129
Dan tidak akan mampu kamu untuk berbuat adil di antara istri-istri(mu), walaupun kamu sangat menginginkannya. Maka jangan condong, (karena) setiap sikap condong akan meninggalkan si istri seperti wanita yang digantungkan. Dan jika kamu berbuat baik dan takwa, maka sesungguhnya Alloh itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Keterangan:
Seorang suami yang memiliki istri lebih dari satu, tidak akan pernah bisa bersikap adil secara batiniah kepada semua istrinya. Pasti ada salah satu yang lebih dicintainya daripada yang lain. Dan ini dimaklumi oleh Alloh. Namun dalam sikap lahiriah, seperti memberikan nafkah, supaya bisa adil. Karena jika tidak, dia akan didatangkan pada hari kiamat dengan kondisi badan mati sebelah. Namun, jika tidak bisa bersikap lahiriah secara adil seperti ini, misalnya karena anak dari masing-masing istri tidak sama, sehingga memerlukan kebutuhan yang berbeda-beda pula, maka supaya meminta ridho kepada istri agar tidak mendapatkan murka dari Alloh.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَكْمَلِ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنَهُمْ خُلُقًا وَأَلْطَفَهُمْ بِأَهْلِهِ * رواه الترمذي كتاب الإيمان
Dari Aisyah, berkata dia: bersabda Rosululloh SAW, “Sesungguhnya sempurnanya orang iman yang beriman adalah yang baik budi pekertinya dan menyayangi keluarganya.”

عَنْ حَكِيمِ بْنِ مُعَاوِيَةَ الْقُشَيْرِيِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا حَقُّ زَوْجَةِ أَحَدِنَا عَلَيْهِ قَالَ أَنْ تُطْعِمَهَا إِذَا طَعِمْتَ وَتَكْسُوَهَا إِذَا اكْتَسَيْتَ أَوِ اكْتَسَبْتَ وَلاَ تَضْرِبِ الْوَجْهَ وَلاَ تُقَبِّحْ وَلاَ تَهْجُرْ إِلاَّ فِي الْبَيْتِ قَالَ أَبمو دَاومد وَلاَ تُقَبِّحْ أَنْ تَقُولَ قَبَّحَكِ اللَّهُ * رواه أبو داود كتاب النكاح
Dari Hakim bin Mu’awiyah Al-Qusyairiyyi, dari bapaknya, berkata Bapak (Mu’awiyah):
Bertanya aku: “Wahai Rosululloh, apakah haknya istri salah seorang dari kami yang wajib atasnya?” (apakah kewajiban suami terhadap istri?)

Bersabda (menjawab) Nabi: “Kamu memberi makan padanya ketika kamu makan. Dan kamu memberinya pakaian ketika kamu berpakaian atau kamu bekerja. Dan jangan memukul pada wajahnya. Dan jangan menjelek-jelekkannya. Dan jangan meninggalkannya, kecuali di dalam rumah.”
Berkata Abu Daud (perowi/penulis hadits): maksud dari menjelek-jelekkan adalah mengatakan pada istri, “Mudah-mudahan menjelekkan siapa Alloh padamu”
Keterangan:
Kewajiban suami kepada istri adalah:
  • Memberikan sesuatu yang sesuai dengan yang kamu miliki, jangan dikurangi. Misalnya jika suami makan, maka istri juga harus ikut makan. Jika suami berpakaian, maka istri juga harus diberi pakaian.
  • Seorang suami, walau semarah apapun, tidak boleh memukul wajah istrinya, karena wajah sangat berharga bagi seorang wanita.
  • Seorang suami tidak boleh menjelek-jelekkan istrinya, dan tidak boleh mendoakan jelek kepada istrinya.
  • Jika suami sedang berada di rumah, maka diusahakan agar selalu bisa menyenangkan istri dengan cara selalu ada di rumah. Jangan sering mencari-cari alasan untuk ke luar rumah untuk hal-hal yang tidak perlu, karena dapat mengurangi keharmonisan dalam rumah tangga.
  • Jika suatu saat seorang istri membandel, tidak mau thoat kepada suami, atau melakukan hal-hal yang membenci suami, maka jangan meninggalkannya. Jika tidak mau tidur bersama, maka setidaknya tetap di dalam rumah, walaupun berbeda ruangan.

عَنِ اْلأَسْوَدِ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ مَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ فِي بَيْتِهِ قَالَتْ كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلاَةِ * رواه البخاري كتاب النفقات
Dari Aswad, berkata dia: Bertanya aku pada Aisyah: “Apakah yang diperbuat oleh Nabi SAW di rumahnya?” Aisyah menjawab: “Nabi itu di dalam kerepotan keluarganya (maksudnya pelayanan ahlinya), maka ketika telah datang waktu sholat, Nabi keluar untuk sholat”
Keterangan:
Saat Nabi berada di rumah salah satu istrinya, maka Nabi membantu pekerjaan istrinya, yaitu membantu pekerjaan di rumah tersebut. Hal ini bukan sesuatu hal yang tabu, karena Nabi sendiri mencontohkan seperti ini agar bisa ditiru oleh umatnya. Namun jika telah tiba waktu sholat, maka Nabi melaksanakan sholat. Atau jika ada keperluan membela agama Alloh yang lain, Nabi tetap memerlukan membela agama Alloh.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ... وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلاَهُ إِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا * رواه مسلم كتاب الرضاع
Dari Abi Huroiroh, dari Nabi SAW, bersabda siapa Nabi: “… Dan nasihatlah pada beberapa istri. Maka sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk, di mana lebih bengkoknya tulang rusuk adalah bagian atasnya. Jika kamu meluruskannya, maka kamu mematahkannya. Jika kamu tinggalkan, tidak henti-hentinya tulang tersebut akan bengkok. Maka nasihatlah kalian dengan wanita (dengan cara) yang baik.
Keterangan:
Pada hakekatnya, wanita diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, seperti Ibu Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk bagian atas Nabi Adam. Tulang rusuk bagian atas ini bengkok. Oleh karena itu wanita perlu sekali-kali diberikan nasihat. Adapun nasihat yang diberikan adalah nasihat yang lemah lembut, agar tidak menyakiti hati istri. Jika istri dinasihati dengan cara yang keras, kemungkinan besar akan membantah, mirip seperti tulang rusuk yang jika diluruskan secara kasar, akan patah. Sedangkan jika wanita tidak pernah diberikan nasihat, maka akan terus menerus bengkok, dan akan sulit menerima nasihat di waktu-waktu selanjutnya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ * رواه مسلم كتاب الرضاع
Dari Abi Huroiroh, berkata dia: Bersabda Rosululloh SAW: “Janganlah seorang laki-laki  membenci pada wanita (istrinya). Jika laki-laki tersebut membenci pada budi pekerti istrinya, maka agar ridho pada istrinya dari yang lain.
Keterangan:
Janganlah seorang suami membenci istrinya karena suatu hal, karena istri bukanlah musuhnya, namun merupakan partner dalam hidupnya. Jika dia tidak menyukai satu hal dari istrinya, maka lihatlah kelebihan yang lain dari istrinya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلاَ تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ * رواه النسائى كتاب النكاح
Dari Abi Huroiroh, dia berkata: dikatakan pada Rosululloh SAW, “Manakah istri yang lebih baik?” Rosul menjawab: “Dia menyenangkan pada suami ketika suami memandangnya. Dia menthoatinya ketika suami memerintahnya. Dia tidak menyelisihi pada suami, pada dirinya, pada hartanya, dengan apa-apa yang suami benci.
Keterangan:
Istri yang baik adalah istri yang bisa menyenangkan suami ketika memandangnya. Dalam hal ini, tidak mutlak istri harus cantik, namun bagaimana caranya agar saat suami memandang istri, suami bisa merasa bahagia. Salah satu cara agar suami bisa merasa bahagia adalah istri bisa thoat dan patuh kepada suami jika diperintah, tidak selingkuh, tidak ngeyel, tidak menghabis-habiskan harta suami untuk keperluan yang tidak disukai oleh suami, dan hal-hal lain yang dibenci oleh suami. Insya Alloh dengan melakukan hal-hal ini, suami akan semakin sayang terhadap istrinya.

Ayat Kursi Menjelang Tidur

Abu Hurairah r.a. pernah ditugaskan oleh Rasulullah S.A.W untuk menjaga gudang zakat di bulan Ramadhan. Tiba-tiba muncullah seseorang, lalu mencuri segenggam makanan. Namun kepintaran Hurairah memang patut dipuji, kemudian pencuri itu pun berhasil ditangkapnya.

"Akan aku adukan kamu kepada Rasulullah S.A.W," gertak Abu Hurairah. Bukan main takutnya pencuri itu mendengar ancaman Abu Hurairah, hingga kemudian ia pun merengek-rengek : "Saya ini orang miskin, keluarga tanggungan saya banyak, sementara saya sangat memerlukan makanan." Maka pencuri itu pun dilepaskan.
Keesokan harinya, Abu Hurairah melaporkan kejadian itu kepada Rasulullah S.A.W.
 
 Image
 
Maka bertanyalah beliau, "Apa yang dikatakan oleh pencuri yang kau tangkap semalam, wahai Abu Hurairah?"
“Ya Rasulullah, ia mengeluh bahwa ia orang miskin, keluarganya banyak dan sangat memerlukan makanan. Aku kasihan melihatnya, lalu pencuri itu pun aku lepaskan" jawab Abu Hurairah. Bohong dia! Nanti malam ia akan datang lagi" kata Rasulullah. Karena Rasulullah S.A.W berkata begitu, maka penjagaan malam berikutnya lebih diperketat lagi, kewaspadaan pun ditingkatkan. Dan, benar juga, malam itu si pencuri kembali lagi, lalu mengambil makanan di gudang zakat seperti kemarin. Dan kali ini ia pun tertangkap.

"Akan aku adukan kamu kepada Rasulullah S.A.W," ancam Abu Hurairah, sama seperti malam sebelumnya. Pencuri itu pun sekali lagi memohon ampun "Saya orang miskin, Tuan. Keluarga saya banyak. Saya berjanji esok tidak akan kembali lagi"  Kasihan juga rupanya Abu Hurairah mendengar keluhan orang itu, dan kali ini pun ia kembali dilepaskan. Keesokan harinya, kejadian itu dilaporkan kepada Rasulullah S.A.W, dan beliau pun bertanya seperti kemarin. Kemudian sekali lagi Rasulullah menegaskan, “Pencuri itu bohong, dan nanti malam ia akan kembali lagi."

Malam itu Abu Hurairah berjaga-jaga dengan kewaspadaan penuh. Mata, telinga dan perasaannya dipasang baik-baik. Diperhatikannya dengan teliti setiap gerak-gerik disekelilingnya, sudah dua kali ia dibohongi oleh pencuri. Jika pencuri itu benar-benar datang seperti dikatakan oleh Rasulullah dan ia berhasil menangkapnya, ia telah bertekad tidak akan melepaskannya lagi. Hatinya sudah tidak sabar lagi menunggu-nunggu datangnya pencuri jahanam itu. Ia kesal. “Kenapa pencuri kemarin itu dilepaskan begitu saja sebelum diseret ke hadapan Rasulullah S.A.W? Kenapa mau saja ia ditipu olehnya? Awas!" katanya dalam hati. "Kali ini tidak akan kuberikan ampun."

Malam semakin larut, jalanan sudah sepi, ketika tiba-tiba muncul sesosok bayangan yang datang menghampiri onggokan makanan yang dia jaga. "Nah, benar juga, ia datang lagi," katanya dalam hati. Dan tidak lama kemudian pencuri itu telah bertekuk lutut di hadapannya dengan wajah ketakutan. Diperhatikannya benar-benar wajah pencuri itu. Ada semacam kepura-puraan pada gerak-geriknya. Kali ini kau pasti akan kuadukan kepada Rasulullah. Sudah dua kali kau berjanji tidak akan datang lagi kemari, tapi ternyata kau kembali juga.  Lepaskan aku, Tuan" pencuri itu memohon. Tapi, tangan Abu Hurairah tetap menggenggam erat-erat pencuri itu, karena ia telah bertekad bahwa kali ini ia tidak akan melepaskan lagi. Maka dengan rasa putus asa akhirnya pencuri itu berkata "Lepaskan aku, Tuan..
 
Image 
 
Aku akan ajari tuan beberapa kalimat yang sangat berguna"  Kalimat-kalimat apakah itu?" Tanya Abu Hurairah dengan rasa ingin tahu. Bila tuan hendak tidur, bacalah ayat Kursi : Allaahu laa Ilaaha illaa Huwal-Hayyul Qayyuuumu dan seterusnya sampai akhir ayat. Maka tuan akan selalu dilindungi oleh Allah, dan tidak akan ada syaitan yang berani mendekati tuan sampai pagi."

Maka pencuri itu pun dilepaskan oleh Abu Hurairah. Rupanya naluri keilmuannya lebih menguasai jiwanya sebagai penjaga gudang. Dan keesokan harinya, ia kembali menghadap Rasulullah S.A.W untuk melaporkan pengalamannya yang luar biasa tadi malam. Ada seorang pencuri yang mengajarinya kegunaan ayat Kursi. Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?" tanya Rasulullah sebelum Abu Hurairah sempat menceritakan semuanya. Ia mengajariku beberapa kalimat yang katanya sangat berguna, lalu ia aku lepaskan," jawab Abu Hurairah.

"Kalimat apakah itu?" Tanya Rasulullah. atanya "Kalau kau tidur, bacalah ayat Kursi : Allaahu laa Ilaaha illaa Huwal-Hayyul Qayyuuumu dan seterusnya sampai akhir ayat. Dan ia katakan pula "Jika kau membaca itu, maka kau akan selalu dijaga oleh Allah, dan tidak akan didekati syaitan hingga pagi hari." enanggapi cerita Abu Hurairah, Rasulullah S.A.W berkata, "Pencuri itu telah berkata benar, sekalipun sebenarnya ia tetap pendusta." Kemudian Nabi S.A.W bertanya pula  "Tahukah kamu, siapa sebenarnya pencuri yang bertemu denganmu tiap malam itu?" Entahlah." Jawab Abu Hurairah.  Itulah syaitan!." Tegas Rasulullah S A W.
 
   
Quote this article in website
Favoured
Print
Send to friend
Related articles
Save this to del.icio.us

Hal-Hal yang Membatalkan Wudhu

Kentut Membatalkan Wudhu
حَدَّثَنَا الزُّهْرِيُّ قَالَ أَخْبَرَنِي سَعِيدٌ يَعْنِي ابْنَ الْمُسَيَّبِ وَعَبَّادُ بْنُ تَمِيمٍ عَنْ عَمِّهِ وَهُوَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ زَيْدٍ قَالَ شُكِيَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّجُلُ يَجِدُ الشَّيْءَ فِي الصَّلاَةِ قَالَ لاَ يَنْصَرِفْ حَتَّى يَجِدَ رِيحًا أَوْ يَسْمَعَ صَوْتًا * رواه انسائي كتاب الطهارة
Berkata Abdulloh bin Zaid: Dilaporkan pada Nabi SAW tentang seorang laki-laki yang menjumpai pada sesuatu (perut yang mules) di dalam sholat. Bersabda Nabi: “Jangan bubar (dari sholat) sehingga menjumpai pada bau atau mendengar pada suara (kentut)”
Keterangan:
Hadits ini menerangkan dua hal:

  • Kentut membatalkan wudhu.
  • Setelah berwudhu, biasanya syetan selalu mengganggu manusia untuk selalu ragu-ragu, apakah dia kentut atau tidak. Oleh karena itu Nabi menasihatkan, jika tidak yakin keluar kentut maka tidak perlu berwudhu lagi. Penanda bahwa kita kentut adalah adanya bau kentut atau suara kentut.

Menyentuh Kemaluan tidak Membatalkan Wudhu
عَنْ قَيْسِ بْنِ طَلْقِ بْنِ عَلِيٍّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ خَرَجْنَا وَفْدًا حَتَّى قَدِمْنَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَايَعْنَاهُ وَصَلَّيْنَا مَعَهُ فَلَمَّا قَضَى الصَّلاَةَ جَاءَ رَجُلٌ كَأَنَّهُ بَدَوِيٌّ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا تَرَى فِي رَجُلٍ مَسَّ ذَكَرَهُ فِي الصَّلاَةِ قَالَ وَهَلْ هُوَ إِلاَّ مُضْغَةٌ مِنْكَ أَوْ بَضْعَةٌ مِنْكَ * رواه انسائي كتاب الطهارة
Dari Qhois bin Tholqi bin Ali, dari bapaknya (Tholqi), berkata Tholqi: Keluar aku untuk bertamu kepada Nabi SAW, dan kemudian aku berjanji kepada Nabi dan sholat aku bersama Nabi. Maka ketika selesai sholat, datanglah seorang laki-laki yang kelihatannya dari desa Badui. Maka berkata orang tersebut: “Wahai Rosululloh, apa (hukumnya) melihat engkau pada laki-laki yang menyentuh pada kemaluannya sewaktu sholat?” Menjawab Nabi: “Tidak ada kemaluan kecuali daging lebihan/tambahan darimu atau potongan daging darimu”
Keterangan:
Memegang/menyentuh kemaluan tidak membatalkan wudhu, dengan catatan tidak dibarengi dengan hawa nafsu.

Menyentuh Wanita tidak Membatalkan Wudhu
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ إِنْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيُصَلِّي وَإِنِّي لَمُعْتَرِضَةٌ بَيْنَ يَدَيْهِ اعْتِرَاضَ الْجَنَازَةِ حَتَّى إِذَا أَرَادَ أَنْ يُوتِرَ مَسَّنِي بِرِجْلِهِ * رواه انسائي كتاب الطهارة
Dari Aisyah, berkata dia: Sesungguhnya Rosululloh SAW sedang sholat dan sesungguhnya aku (Aisyah) perempuan yang tidur terlentang antara depannya Rosul seperti tidurnya jenazah, sehingga ketika menghendaki untuk witir, menyentuh Rosul padaku dengan kakinya.
Keterangan:
Karena keadaan rumah Nabi sangat sempit, sewaktu Nabi sholat malam, Aisyah masih tidur dengan keadaan terlentang di depan Nabi yang sedang sholat. Ketika akan melaksanakan witir, di sini ada dua pengertian, yaitu Nabi membangunkan Aisyah dengan kakinya agar ikut melaksanakan sholat malam ATAU Nabi sedang sholat witir, namun karena rumah Nabi yang sangat sempit, Aisyah menyentuh Nabi dengan kakinya. Di sini tidak diterangkan kalau Nabi membatalkan sholatnya lalu berwudhu kembali, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa menyentuh lawan jenis tidak membatalkan wudhu.
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُقَبِّلُ بَعْضَ أَزْوَاجِهِ ثُمَّ يُصَلِّي وَلاَ يَتَوَضَّأُ ... * رواه انسائي كتاب الطهارة
Dari Aisyah, sesungguhnya Nabi SAW mencium pada sebagian istrinya (Aisyah) kemudian sholat dan tidak wudhu lagi.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاَةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ * سورة المائدة 6
Wahai orang-orang yang beriman, ketika akan berdiri kalian untuk sholat maka membasuhlah pada mukamu dan tanganmu sampai siku, dan mengusaplah pada kepalamu dan (membasuhlah) pada kakimu sampai kedua mata kaki. Dan jika ada kalian orang yang junub, maka mandi junublah kalian. Dan jika kalian sakit, atau atas bepergian, atau dari buang air besar atau menjima’ (menyetubuhi) kalian pada istri, maka jika tidak menjumpai kalian (pada air), maka tayamumlah kalian dengan debu yang baik. Maka mengusaplah kalian dengan wajah kalian dan tangan kalian dari debu. Alloh tidak menghendaki kesempitan/kesulitan bagimu, akan tetapi Alloh menghendaki supaya kamu bersuci dan agar menyempurnakan nikmat-Nya bagi kalian, agar kalian bersyukur.
Keterangan:
Pada ayat di atas dibahas setidaknya tiga hal, yaitu cara umum berwudhu, cara umum untuk tayamun, dan hal-hal yang membatalkan wudhu. Saya akan menerangkan tentang yang membatalkan wudhu.
Yang pertama adalah bahwa buang air besar (termasuk juga buang air kecil) merupakan salah satu hal yang membatalkan wudhu, jelas tertulis di atas.
Yang kedua, di sana terdapat kata لاَمَسْتُمُ النِّسَاءَ yang makna aslinya adalah menyentuh wanita. Namun pengertian sebenarnya adalah menjima’ (menyetubuhi) istri. Ayat inilah yang mungkin menjadi pedoman bagi sebagian orang bahwa menyentuh lawan jenis dapat membatalkan wudhu. Padahal dari 2 hadits sebelumnya (Nabi menyentuh Aisyah dengan kakinya, bahkan Nabi mencium Aisyah saat masih memiliki wudhu) dan penjelasan dari Surat Al-Maidah ayat 6 ini, menyentuh lawan jenis tidak membatalkan wudhu. Hal ini berlaku untuk lawan jenis yang merupakan mahrom/istri maupun yang bukan mahrom/istri. Adapun menyentuh wanita yang bukan mahrom/istri hukumnya adalah dosa, namun tidak membatalkan wudhu.
Sebagai tambahan, saat kita melakukan thowaf (mengelilingi ka’bah) sewaktu melaksanakan ibadah haji atau umroh, diharuskan dalam keadaan masih memiliki wudhu (belum kentut, membuang hadas, dll). Padahal keadaan saat thowaf itu hampir bisa dipastikan berdesak-desakan, laki-laki dan perempuan hampir tidak mungkin tidak bersentuhan. Jika setiap kali menyentuh lawan jenis harus berwudhu kembali, bagaimana bisa melakukan thowaf sampai selesai?
Jadi, sekali lagi, dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum menyentuh lawan jenis yang bukan mahrom/istri tetap berdosa, namun tidak berarti membatalkan wudhu.

Amalan Pendatang Rizki

1. Memperbanyak istighfar kepada Alloh
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا * يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا * وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا * سورة نوح 10-12
Maka berkata aku (Nuh): “Mohonlah ampun kepada Tuhan kalian, sesungguhnya Dia (Tuhan/Alloh) adalah Maha Pengampun”. (Dia) akan mengutus langit untuk menurunkan hujan yang lebat kepada kalian. Dan akan menambah pada kalian dengan harta dan anak; dan menjadikan kebun dan sungai pada kamu sekalian
Keterangan:
Dengan banyak membaca istighfar, maka Alloh akan mengampuni dosa-dosa kita (pengampunannya tentu tergantung dengan dosa-dosa yang kita perbuat). Jika kita rajin membaca istighfar, maka Alloh juga akan menambah rezeki kepada kita, yang pada ayat di atas digambarkan dengan banyaknya harta dan anak, dan adanya kebun dan sungai.
مَنْ أَكْثَرَ مِنَ اْلاِسْتِغْفَارِ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ * رواه أخمد
“Barang siapa yang memperbanyak dari istighfar, maka menjadikan Alloh dari tiap-tiap kesusahan (pada) kelonggaran/kemudahan, dan dari tiap-tiap kesempitan (pada) jalan keluar, dan memberikan rezeki dari arah yang tidak diduga.”
Keterangan:
Siapa saja yang memperbanyak membaca istighfar akan dimudahkan oleh Alloh jika menemui kesulitan, akan diberikan jalan keluar jika mengalami masalah, dan akan diberikan rezeki yang tidak disangka-disangka sebelumnya.

2. Memperbanyak sodaqoh/infak fisabilillah
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ * سورة سبإ 39
Dan semua yang kamu infakkan, maka Alloh akan menggantinya. Dan Alloh adalah sebaik-baiknya zat yang memberi rezeki.
Keterangan:
Alloh akan mengganti semua yang diinfakkan oleh manusia, baik kecil maupun besar, karena Alloh memiliki kuasa untuk memberikan rezeki. Dalam beberapa hadits lainnya justru diterangkan bahwa Alloh akan mengganti harta yang diinfakkan dengan nilai yang jauh lebih besar, baik di dunia maupun di akhirat.
قَالَ اللَّهُ أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ * رواه البخاري
Alloh berfirman: “Berinfaklah kamu, maka berinfak aku padamu”
Keterangan:
Jika kita berinfak atau memberikan shodaqoh di jalan Alloh, Alloh berjanji akan meng-infakkan kita kembali, atau memberikan ganti dari harta yang kita infakkan tersebut. Dalam hal ini, yang diberikan oleh Alloh bisa berupa harta ataupun hal-hal lain yang mungkin lebih berarti dari harta yang kita infakkan.

3. Memperbanyak shilaturrohim
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ  * رواه البخاري
“Barang siapa yang senang jika dibentangkan rezeki kepadanya dan dipanjangkan umurnya maka menyambunglah pada famili/keluarganya.”
Keterangan
Orang yang senang bersilaturrohim akan dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya. Silaturrohim di sini adalah mengunjungi keluarga atau sanak famili kita, terutama yang sudah jarang sekali bertemu. Adapun umur yang dipanjangkan ada dua pengertian, yaitu umur yang memang lebih dipanjangkan oleh Alloh, atau kehidupan yang lebih baik, sehingga umur yang dirasakan lebih bermanfaat.

4. Senang menghormati tamu
الضَّيْفُ يَأْتِى بِرِزْقِهِ وَيَرْتَحِلُ بِذُنُوْبِ الْقَوْمِ يُمَحِّصُ عَنْهُمْ ذُنُوْ بَهُمْ * رواه ابو الشيخ
Tamu datang dengan rezekinya dan pergi dengan dosa kaum (tuan rumah), membersihkan dari mereka (tamu) (pada) dosa-dosa mereka (tuan rumah)
Keterangan:
Kedatangan tamu membawa rezeki bagi tuan rumah. Selain itu dengan perginya tamu, maka dosa-dosa yang dimiliki oleh rumah dibersihkan (dihapus) seiring dengan perginya tamu. Perlu dicatat bahwa dalam hal ini bukan berarti yang bertamu kehilangan rezeki dan menanggung dosa :-).

5. Berusaha menjadi orang yang jujur / amanah
اْلأَمَانَةُ تَجْلِبُ الرِّزْقَ وَالْخيانة تَجْلِبُ الْفَقْرَ * رواه الديلمي
Amanah itu menarik rezeki, dan khianat itu menarik kemelaratan
Keterangan
Sifat amanah atau dapat dipercaya itu dapat menarik rezeki, karena biasanya orang yang jujur dan dapat dipercaya akan disukai oleh banyak orang dan makin lama makin jujur, kepercayaan akan semakin diberikan dan akan semakin banyak menambah rezeki. Sebaliknya, orang yang tidak jujur, tidak bisa menjaga amanah atau khianat, biasanya akan dijauhi banyak orang sehingga menjadi melarat karena tidak ada perantara yang memberikan rezeki padanya.

6. Meningkatkan taqwa kepada Alloh (mengerjakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya)
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ ...الأية * سورة الطلاق 2-3
Dan barang siapa yang taqwa kepada Alloh, Alloh akan menjadikan padanya jalan keluar, dan akan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka
وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِخَطِيئَةٍ يَعْمَلُهَا * رواه ابن ماجة
Dan sesungguhnya seorang laki-laki dihalang-halangi (atas) rezeki dengan kesalahan yang dia amalkan.
Keterangan
Dari ayat Al-Qur’an dan hadits di atas bisa kita lihat bahwa Alloh akan memberikan jalan keluar dari setiap masalah yang kita hadapi jika kita bertaqwa kepada Alloh. Selain itu, Alloh akan memberikan rezeki dari arah yang tidak kita duga sebelumnya jika kita bisa selalu bertaqwa kepada Alloh. Misalnya tiba-tiba kita mendapatkan pekerjaan yang hasilnya besar, namun hanya memerlukan sedikit usaha.
Sedangkan jika kita kesulitan mendapatkan rezeki, mungkin kita perlu mengoreksi diri kita, apakah kita banyak berbuat salah dan belum kita taubati. Namun jika ternyata kita sudah bertaqwa kepada Alloh, berusaha menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, namun tidak diberi rezeki yang mencukupi, mungkin cobaan melarat ini adalah baik bagi kita.
Jika kita tetap melarat walaupun sudah berusaha semaksimal mungkin, mungkin kita adalah termasuk hamba Alloh yang jika dicoba kaya tidak mau bersyukur seperti Qorun, yang tidak mau ber-infak dan berzakat setelah menjadi kaya, namun menganggap bahwa usahanya selama ini adalah karena kepandaiannya dan bukan pemberian dari Alloh.

7. Memperbanyak tawakal kepada Alloh
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ...الأية * سورة الطلاق 3
Barang siapa yang bertawakal kepada Alloh, maka Alloh akan mencukupinya.
Keterangan
Sifat tawakal adalah sifat berserah diri dan bisa menerima apa yang diberikan oleh Alloh kepada kita, apa yang Alloh qodarkan kepada kita. Insya Alloh, bila kita bisa bertawakal, maka pertolongan Alloh akan datang.

8. Selalu husnudzon billah (berprasangka baik kepada Alloh)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا دَعَانِي * رواه مسلم
Dari Abu Huroiroh, berkata dia: Bersabda Rosululloh SAW: Sesungguhnya Alloh berfirman: “Aku di sisi persangkaan hambaku padaku, dan aku bersamanya ketika berdoa dia padaku.”
Keterangan
Sebagai hamba Alloh, kita harus selalu berprasangka baik akan semua yang diberikan oleh Alloh kepada kita, misalnya selalu bisa mensyukuri nikmat yang diberikan Alloh kepada kita walaupun kecil/sedikit, dan tetap berprasangka baik bahwa Alloh akan memberikan yang paling baik kepada kita.
Insya Alloh dengan terus berprasangka baik, Alloh akan terus membantu kita sesuai dengan persangkaan kita tersebut. Namun tentunya kita juga harus terus berusaha, jangan hanya menerima apa adanya tanpa mau berusaha.

9. Menertibkan sholat tahajud dan do’a di sepertiga malam yang akhir
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ اْلآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ * رواه البخاري
Akan turun Tuhan kami yang Maha Barokah dan Maha Luhur setiap malam sampai ke langit dunia sehingga tetap pada 1/3 malam yang akhir. Maka Alloh berfirman : “Barang siapa yang berdoa padaku, maka mengabulkan aku baginya. Barang siapa yang minta padaku, maka aku akan memberikan padanya. Barang siapa yang minta ampun padaku, maka mengampuni aku padanya.”
Keterangan
Berdasarkan hadits di atas, Alloh akan mengabulkan do’a hambanya jika rajin berdo’a pada 1/3 malam yang akhir (sekitar pukul satu pagi sampai menjelang subuh), termasuk bagi orang yang dicoba melarat dan meminta kehidupan yang lebih baik. Orang yang meminta ampun juga diampuni oleh Alloh.
Namun perlu diingat pula bahwa dari hadits lain dijelaskan pula bahwa ada 3 cara Alloh mengabulkan do’a hambanya, yaitu: (1) langsung dikabulkan, (2) ditunda,  (3) diganti, entah diganti di dunia maupun di akhirat nanti, mungkin apa yang kita minta tidak baik untuk diri kita. Oleh karena itu, kita jangan sampai putus asa dalam berdo’a, selalu husnudzon billah bahwa Alloh akan mengabulkan setiap do’a yang kita pinta.

Adab Muslim Bergaul

I. Pendahuluan
Adab erat kaitannya dengan perilaku. Biasanya adab berhubungan dengan latar budaya seseorang. Banyak kisah yang menceritakan bagaimana seseorang harus memperhatikan masalah adab maupun mengetahui budaya yang ada di sekitarnya. Budaya yang berbeda dapat menyebabkan kesalahpahaman antar sesama.
Dalam lembar sejarah Islam, kita mengetahui bagaimana Rasulullah SAW mengajarkan para sahabatnya tentang tatakrama, mulai memberi salam, makan hingga berkunjung ke tempat orang lain. Rasulullah juga mempersiapkan salah seorang sahabatnya bila akan diutus menjadi duta ke suatu wilayah dengan menyuruhnya memperhatikan perilaku dan budaya yang berlaku disana. Oleh karena itu kita mengenal duta Islam pertama yaitu Mus’ab bin Umair. Beliau diutus untuk mempersiapkan hijrahnya Rasulullah SAW. Keberhasilan Mus’ab ini dapat dilihat dari masuknya seluruh masyarakat Madinah menyambut seruan itu dan bahkan menanti-nanti kedatangan Rasulullah SAW untuk tinggal bersama mereka. Selanjutnya terbukti bahwa penduduk Madinah menjadi penyokong utama da’wah Rasulullah SAW di kemudian hari.
Sebagai seorang muslim, adab dan perilaku dapat menjadi alat untuk berda’wah. Oleh karena itulah adab dan perilaku kita merujuk kepada Rasulullah SAW, karena dialah yang menjadi panutan umat Islam. Adab juga merupakan hasil dari pemahaman dan pengamalan kita terhadap nilai-nilai Islam yang kita ketahui. Dari lembar siroh kita dapat mengetahui bahwa kemuliaan akhlaq dan perilaku ini dapat melunakkan hati bahkan mengajak seseorang masuk ke dalam Islam dengan kesadarannya sendiri. Kisah seorang wanita yahudi yang selalu meludahi Rasulullah SAW setiap akan sholat ke Masjidil Haram kemudian tergerak hatinya masuk Islam karena Rasulullah SAW-lah yang pertama menjenguknya ketika dia sakit. Dari adab inilah cahaya Islam terpancar. Keutamaan dan kemuliaan Islam akan bersinar melalui adab-adab yang dimiliki umatnya.
II. Adab ketika akan bertemu dengan orang lain
1. Adab berpenampilan
Rasulullah SAW memberikan nasehat bagaimana seorang muslim berpenampilan: “Sesungguhnya kalian akan mendatangi saudara-saudara kalian (sesama muslim), maka perbaikilah kondisi perjalanan kalian, perindahlah pakaian kalian sehingga keadaan kalian seakan-akan wangi dalam pandangan manusia karena Allah tidak menyukai kejorokan dan sikap jorok.” (HR. Abu Daud)  
Rasulullah SAW juga memberi peringatan bagi seseorang yang tidak memperhatikan penampilannya ketika akan bertemu dengan orang lain, sabdanya: “Rasulullah datang berkunjung kepada kamikemudian beliau melihat seorang laki-laki yang pakainnya kotor lantas beliau bersabda, “Apakah orang ini tidak mendapatkan sesuatu untuk mencuci pakaiannya.” (HR. Imam Ahmad dan Nasa’i)
2. Adab menjaga kebersihan mulut
Masalah pakaian dan bau mulut ternyata bagian perhatian yang perlu dijaga. Rasulullah bersabda, “Kalau sekiranya aku tidak khawatir memberatkan umatku, maka pastilah akan aku perintahkan kepada mereka bersiwak (menggosok gigi) setiap kali hendak wudhu.” (HR. Muslim)
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang memakan bawang merah, putih dan kurats (sejenis makanan yang meninggalkan bau yang menyengat), maka janganlah ia sekali-kali ia mendekati masjid. Malaikat merasa terganggu apa-apa yang mengganggu anak Adam.” (HR. Muslim) 
Bahkan bagi setiap laki-laki disunnahkan mandi dan memakai minyak wangi sebelum pergi sholat jum’at. Untuk kondisi sehari-hari Rasulullah mencontohkan bagaimana ia selalu menjaga kebersihan dan keharuman badannya. Dalam hal ini Anas bin Malik ra. berkata, “Aku tidak pernah sama sekali mencium ambar dan mistik (aroma wewangian) yang lebih wangi dari yang tercium dari tubuh Rasulullah SAW.” (HR. Muslim)
3. Menjaga kebersihan rambut dan badan
Rasulullah SAW memerintahkan kepada kaum muslimin untuk menjaga rambut mereka. Sabdanya, “Siapa-siapa yang memiliki rambut maka hendaklah ia menghormatinya.” (HR. Abu Daud). Maksud menghormati disini ialah membersihkannya (mencuci rambut), menyisirnya, memakaikan wewangian dan memperindah bentuk dan penampilannya.
Dalam hal membersihkan badan secara keseluruhan, Rasulullah SAW mengingatkan batas minimalnya. “Adalah merupakan hak atas seorang muslim ketika mandi dalam seminggu, agar sehari daripadanya ia membasahi kepala (keramas) dan badannya.” (mutafaqu’alaih)
Hadits diatas mengingatkan kita untuk membersihkan kepala kita dalam sepekan sehingga kepala dan kulit kepala kita bersih dan wangi sebagaimana tubuh kita.
III. Adab pergaulan sehari-hari
1. Adab meminta izin untuk masuk ke rumah orang lain
Islam sangat menghargai privacy seseorang. Oleh karena itu seorang muslim ketika akan berkunjung hendaklah memperhatikan masalah ini.
Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian mendatangi rumah-rumah itu dari depan melainkan dari samping-sampingnya. Maka minta izinlah dan jika diizinkan bagi kalian maka masuklah, kalau tidak mendapat izin pulanglah.” (HR. Thabrani)

2. Mengucapkan salam
“Apabila salah seorang kalian sampai pada suatu majelis maka hendaklah ia mengucapkan salam, sebab bukanlah yang pertama lebih berhak dari yang terakhir.” (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi ia berkata hasan)

3. Adab dalam majelis
a. Hendaklah salah seorang mereka duduk di tempat yang mereka dapatkan di majelis tanpa merasa kurang dihormati/diremehkan. (HR. Abu Daud)
b. Tidak boleh dua orang yang sedang berbicara disela, kecuali dengan izin dari keduanya. (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi)
c. Bila majelis itu penuh dan tidak ada tempat bagi yang baru datang maka Rasulullah menyuruh mereka untuk melonggarkan dan merapatkan diri agar orang tersebut dapat tempat. (HR. Al Khamsah)
d. Jika majelis tersebut bersifat khusus dan membicarakan masalah khusus, maka Rasulullah melarang orang lain bergabung dalam majelis tersebut.
e. Diantara adab majelis adalah hendaknya tidak menempati tempat duduk seseorang yang meninggalkannya sementara ada keperluan. (HR. Muslim)
f. Hendaknya dua orang tidak berbisik-bisik tanpa meminta izin dari orang ketiga karena akan membuat orang ketiga itu sakit hati/sedih. (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Adab Makan
a. Membaca basmalah
b. Makan dengan tangan kanan
c. Memakan dari sisi yang depan
d. Tawadhu ketika makan
e. Tidak boleh mencela makanan
f. Tidak meniup makanan yang masih panas
g. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah makan

5. Adab Minum
a. Minum dengan tangan kanan
b. Minum sambil duduk
c. Berdo’a sebelum dan sesudah makan
d. Mendahulukan orang di sebelah kanan
e. Diharamkan makan dan minum dari wadah yang terbuat dari emas dan perak

6. Tata cara makan dan minum di tempat orang lain
a. Datang karena diundang
b. Tidak membawa orang yang tidak diundang
c. Menjaga harga diri
d. Berdo’a untuk pemilik hidangan
e. Bersegera pulang setelah menghadiri acara (tidak berlama-lama)

7. Dalam pergaulan sehari-hari ada beberapa yang perlu diperhatikan:
a. Mengucapkan dan menjawab salam
b. Berjabat tangan (hanya untuk sesama jenis)
c. Khalwah tidak diperkenankan karena menimbulkan fitnah


Permata yang Menyinar

A.D.I.L...manusia sering membincangkan persoalan keadilan..di mana-mana tempat, topik mengenai keadilan hangat diperbincangkan oleh para pimpinan sehinggalah ke peringkat akar umbi. Para pemimpin politik dari segenap parti sibuk memperjuangkan keadilan mengikut prinsip & ideologi masing-masing. Justeru itu terbitlah undang-undang mahupun peraturan bagi menjustifikasikan keadilan bagi manusia. Namun, apakah maksud sebenar keadilan itu??? Dan bagaimanakah kita mahu menawarkan keadilan kepada seluruh manusia? Adakah peraturan-peraturan hasil celupan manusia itu benar-benar adil atau boleh dipertikaikan? adakah boleh disamakan pengertian keadilan dengan 'fair' atau 'balance'? sesestengah individu pabila ditanyakan maksud keadilan maka akan dijawabnya pembahagian hak kesamarataan bagi setiap manusia..Mungkin mereka memahami keadilan itu adalah memberikan hak yang sama rata pada seseorang atau setiap orang ...walau apun definisinya Islam ada jawapannya. Adil di sisi Islam itu bermaksud "meletakkan sesuatu itu pada tempatnya"... Tempat di sini juga bermaksud kondisi, suasana dan sebagainya.


Dalam Al-quran, terdapat banyak ayat yang memperkatakan mengenai 'adil'..salah satunya ialah dalam Surah Al-Maidah ayat ke-8

"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Ayat tersebut menjelaskan tentang betapa perlunya bersikap adil terhadap sesiapa sahaja tanpa mengira identiti mahupun kedudukan seseorang itu. Maka ayat itu dihabisi dengan sesiapa yang bersikap adil maka ia merupakan ciri-ciri orang bertakwa. Seterusnya dalam Surah An-Nisa, awal ayat yang ke-11,

"Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan...hingga akhir.."


Maka persoalan yang ditimbulkan oleh golongan feminisme (golongan yang dikatakan memperjuangkan hak-hak wanita) disini mengapa dalam ayat tersebut (ayat pertama di muka bumi yang menceritakan tentang ilmu pecahan/fraction)yang termasuk dalam bidang faraid (pembahagian harta pusaka),anak-anak perempuan yang kematian ibu bapa mereka memperolehi hanya satu bahagian berbanding anak-anak lelaki yang memperolehi dua bahagian. Di manakah letaknya keadilan dalam Islam itu yang seolah-olah merendahkan martabat serta mengetepikan hak wanita dalam mendapat harta yang diwariskan oleh ibu bapa mereka?? Tidakkah keadilan itu memberikan hak yang sama rata kepada pihak-pihak yang terlibat? Apakah hukum-hukum Islam itu lari dari prinsip-prinsip keadilan.


Namun, bersabar dahulu wahai saudara dan saudari sekelian, Allah telah mengetahui apa yang tersirat dihati manusia. Maka jawapannya juga terdapat dalam surah berkenaan. Dalil Naqlinya dalam Surah An-Nisa ayat yang ke-34:


"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar"


Maka dalam ayat tersebut telah dinyatakan bahawa lelaki adalah pemimpin bagi wanita. Ada di antara ulama' yang berpandangan kalimah 'Qawwamun' dalam ayat tersebut bukan sekadar pemimpin, bahkan ia adalah suatu amanah dan tanggungjawab yang harus dipikul. Maka berbalik pada soalan awal tadi, anak lelaki tersebut perlu mengambil alih tanggungjawab untuk memimpin keluarga dengan dibantu oleh anak-anak yang lain. Maka bahagian harta yang diperolehi itu bukan sekadar untuk dirinya tetapi jua untuk meneruskan kehidupan keluarganya. Bahkan, dalam ayat tersebut dinyatakan ‘karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.’ yang menguatkan lagi pandangan tersebut. Tetapi anak perempuan yang beroleh setengah bahagian daripada anak lelaki, harta tersebut adalah miliknya secara peribadi...Jadi, terpulanglah anak perempuan tersebut bagaimana untuk menggunakan harta tersebut. Namun, mereka dianjurkan untuk membantu perkembangan keluarganya atas dasar toleransi.



Maka mengapakah mereka masih mempersoalkan keadilan dalam Islam, secara logiknya mengikut ilmu perubatan lelaki dan wanita itu mempunyai ciri-ciri fizikal yang berbeza. Malah emosi keduanya juga berlainan kerana dipengaruhi oleh hormon yang berbeza. Hormon ini yang mengatur mekanisme-mekanisma dan proses dalam badan manusia. Lelaki dan wanita mempunyai hormon-hormon yang berbeza.Walaupun ada yang sama tetapi ia tetap berbeza dari segi kuantitinya. Maka bagaimanakah kita boleh mengatakan kedua-duanya mempunyai pemikiran dan kemampuan yang benar-benar sama. Walaupun tidak dinafikan wanita sekarang telah duduk dan berdiri sama tinggi dengan lelaki, namun kedua-dua ciptaan Allah ini tetap sahaja mempunyai kelebihan dan kelemahan yang tersendiri. Perkara ini jugalah yang dibincangkan oleh John Gray dalam bukunya 'Men are from Mars, Women are from Venus' yang menceritakan tentang perbezaan lelaki dan wanita terutamanya dari segi pemikiran dan komunikasi. Disebabkan itu jualah lelaki dan wanita mempunyai peranan masing-masing dalam membantu menegakkan kalimah Allah di muka bumi mahupun menaikkan taraf negara, bangsa mahupun keluarga yang tercinta...



Oleh itu, Islam merupakan agama yang menaikkan taraf wanita di mata masyarakat di mana tamadun-tamadun lain sebelum Islam memandang wanita sebagai bangsa yang hina, simbol seks dan pembawa malapetaka. Contonya, pada zaman Tamadun Hindus, isteri yang kematian suaminya harus ditanam hidup-hidup bersama mayat suami mereka. Selain itu, kesalahan yang dilakukan oleh suami mereka juga menyebabkan isteri-isteri mereka yang tidak bersalah dihukum. Hatta pada zaman Arab jahiliyah, anak-anak perempuan ditanam hidup-hidup kerana di anggap membawa bala kepada keluarga. Walaupun tanpa mereka sedari, tanpa wanita, mana mungkin mereka wujud di dunia ini. Trend seperti itu masih boleh dilihat juga walaupun dunia semakin moden. Masakan tidak, ada pepatah mengatakan 'Menjaga anak perempuan seorang lebih susah berbanding menjaga kerbau sekandang' Kalau dihayati betul-betul, pepatah ini 'makan dalam' tetapi, terpulanglah pada penilaian masing-masing untuk menginterpretasinya. Tidak kurang juga masyarakat Barat yang dikatakan sebagai bangsa yang moden dan kehadapan dalam pembangunan material. Tetapi para wanitanya menjadi bahan peragaan dan simbol seks dalam masyarakat mereka. Adakah ini yang dikatakan keadilan bagi wanita??



Maka sebenarnya Islam yang telah menaikkan martabat wanita di dalam mukjizat teragung Nabi Muhammad iaitu dengan turunnya Surah An- Nur dan Surah An-Nisa. Buktinya juga bagaimana darjat ibu itu ditinggikan melalui sebuah hadis baginda yang menceritakan orang yang patut dimuliakan selepas Allah dan Rasul adalah ibu. Ia telah diulang sebanyak 3x oleh Baginda sebelum menyebut bapa. Maka para wanita Islam usahlah merasa lemah dan terpedaya dengan fitnah yang dilontarkan oleh golongan tersebut kerana Islamlah yang sebenarnya menaikkan martabat wanita dikala bangsa-bangsa lain merendahkan darjat wanita tanpa mereka sedari. Namun, pada akhirnya lelaki dan wanita mu'min itu tetap mempunyai destinasi cinta yang sama. Dan pada akhirnya yang membezakan kemuliaan antara keduanya adalah TAQWA seperti dalam ayat ini:


"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (Al-Hujuraat:13)



"Di sebalik bersih wajahmu...
Disebalik tabir dirimu
Ada rahsia agung yang tersembunyi dalam diri
Itulah sekeping hati
Yang takut pada Ilahi
Berbekal pada janji mengabdikan diri..."

Inshaf; Karakter Ahli Sunnah

Inshaf (adil dan pertengahan) terhadap orang yang menyelisihi kebenaran merupakan manhaj ahli sunnah wal jamaah. Al-Quran dan As-sunnah menjelaskan bahwa sikap inshaf adalah akhlak mulia yang harus dimiliki oleh seorang muslim. Adab-adab yang terkait dengannya, sangat penting untuk diperhatikan agar seorang muslim tidak terjatuh kepada perbuatan aniaya dan zalim, yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Berikut ini adalah diantara adab-adab yang mesti diperhatikan itu:
1. Objektif dan berusaha untuk tidak berlebihan ketika berbicara atas orang-orang yang menyelisihi
Sering kali maksud dalam berbicara atas orang lain yang dianggap melakukan pelanggaran menjadi samar dan bias. Terkadang ada maksud ingin dikenal, dendam, membela diri, atau membela kelompoknya.
Ibnu Taimiyyah memperingatkan orang-orang yang membantah ahli bid’ah dari biasnya maksud dan niat, “… dan begitu juga bagi orang yang membantah ahli bid’ah baik dari kalangan rafidhah atau yang lainnya, ketika mencela bid’ah atau kemaksiatan dengan sangat keras, tujuannya adalah menjelaskan keburukan itu, agar manusia berhati-hati darinya, sebagaimana yang terdapat dalam nashush (teks-teks) syar’i yang berupa ancaman. Terkadang seseorang dihajr (boikot) dalam rangka menghukumnya, dan maksud semua itu adalah untuk membuatnya dan orang-orang yang semisalnya jera, sebagai bentuk kasih sayang dan kebaikan, bukan balas dendam.
Ibnul Qayyim juga memperingatkan, “Setiap kelompok akan menilai kelompok dan perkataannya dengan lafadz-lafadz yang paling baik, sementara menilai perkataan orang-orang yang bersebrangan dengannya dengan lafadz-lafadz yang paling buruk. Namun bagi orang yang dikaruniai bashirah oleh Allah, maka ia akan mampu menyingkap apa yang ada dibalik lafadz-lafadz itu dari kebenaran atau kebatilan. Maka, jangan tertipu dengan sekedar lafadz sebagaimana dikatakan dalam sebuah syair:
Ketika kau memujinya kau sebut ia (madu) hasil dari lebah
Jika engkau ingin kau juga bisa menyebutnya dengan muntah lebah
Pujian dan celaan engkau tidak melampaui sifatnya
Kebenaran saja terkadang ditimpa buruknya pengungkapan
2. Pentingnya ta’stabbut dan tabayyun (mengecek dan meminta penjelasan) sebelum menjatuhkan vonis.
Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS Al-Hujarat [49]: 6)
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu: “Kamu bukan seorang mukmin” (lalu kamu membunuhnya). (QS An-Nisa [4]: 94)
Tastabbut dan tabayyun adalah karekter ahli iman. Sebagaimana yang jelas dalam ayat diatas. Hasan al-Bashri berkata, “Seorang mukmin itu waqqaf (tidak mengambil hukum apapun), hingga jelas baginya.”
Muhammad bin Abdul wahhab –rahimahullah- berkata, “Jika suatu masalah belum jelas bagi kalian, maka tidak boleh kalian mengingkari kepada orang yang berfatwa atau mengerjakan sesuatu hingga jelas bagi kalian kesalahannya. Bahkan yang wajib adalah diam dan tafaqquf.”
3. Memahami suatu perkataan pada sisi yang paling baik dan berbaik sangka kepada sesama muslim
Yang wajib bagi seorang muslim adalah berprasangka baik (husnu dzann) terhadap perkataan saudaranya sesama muslim, dan membawa sebuah ungkapan yang mengandung beberapa kemungkinan pada kemungkinan yang paling baik.
Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk berprasangka baik terhadap sesama muslim. Beliau bersabda ketika thawaf di Ka’bah, “Alangkah baiknya engkau (Ka’bah) dan baiknya kedudukan engkau, alangkah agungnya engkau, dan agungnya kehormatan engkau. Dan demi yang jiwa Muhammad ada dalam tangannya, sungguh kehormatan seorang muslim lebih agung disisi Allah dari kehormatanmu, harta dan darahnya, dan hendaknya setiap muslim tidak diprasangkai melainkan dengan kebaikan.
Sa’id bin Musayyib berkata, “Sebagian ikhwan menuliskan untukku dari para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “hendaknya engkau menyimpan perkata saudaramu dalam tempat yang paling baik, selama belum datang sesuatu yang dapat meyakinkanmu. Dan janganlah sekali-kali kamu menyangka keburukan dengan suatu kalimat yang keluar dari seorang muslim, selama kamu menemukan bagi kalimat itu maksud/makna yang baik.”
4. Hendaknya tidak menyebarkan kesalahan orang yang melakukan kesalahan dan mengubur kebaikan-kebaikannya.
Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengingatkan Umar dengan kebaikan-kebaikan Hathib, beliau bersabda, “Engkau mungkin tidak mengetahuinya wahai Umar, mungkin Allah telah mengetahui keadaan ahli badar ketika Allah berfirman bagi mereka, “Kerjakanlah apa yang kalian kehendaki, karena Aku telah mengampuni kalian.” Maka, karena Hathib salah satu dari ahli badar, beliau mengangkatnya dan menyebutkannya dengan kesalahannya yang sangat buruk. Oleh karena itulah Allah mengampuni kesalahannya.
5. Kritik ditujukan kepada pendapatnya, bukan kepada orangnya
Kritik atas substansi tertentu ditujukan kepada isinya secara utuh, bukan kepada orangnya. Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa jika salah seorang sahabat atau beberapa dari mereka melakukan kesalahan, sering beliau tidak menyebutkan namanya. Akan tetapi mengungkapkannya dengan kata-kata, “Bagaimanakah kondisi suatu kaum”, bagaimakah kondisi suatu kelompok”
6. Menghindari perdebatan yang menuju pada permusuhan
Nabi memperingatkan dari perdebatan yang mengundang permusuhan, beliau bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling dibenci adalah orang yang senantiasa bermusuhan/berselisih.” Ibnu ‘Abbas berkata, “Janganlah kamu mendebat saudaramu, karena debat itu tidak difahami hikmahnya dan tidak selamat dari rasa dengki.” Anas bin Malik berkata, “Perdebatan mengeraskan hati dan mewariskan kedengkian.”
7. Membawa perkataan orang yang menyelisihi kepada zahirnya dan tidak turut campur pada apa yang ada dalam niat dan batinnya.
Sungguh Rasulullah telah mengajarkan kita hal ini ketika Usamah bin Zaid membunuh seorang musyrik setelah ia mengucapkan laa ilaaha illallah. Ketika Rasullah mengetahui hal itu dan mengingkarinya, Usamah berkata, “Sesungguhnya ia mengatakan itu untuk melindungi diri.” Maka Nabi bersabda, “Tidakkah kamu belah saja dadanya.”
“Nadhratun Na’im” (358/3) dengan sedikit gubahan dan ringkasan. Dinukil dari Inshaf Ahli Sunnah wal Jama’ah wa Mu’amalatuhum limukhalifiihim, Muhammad bin Shaleh bin Yusuf al-Aliy (hal. 69-101), cet. Dar al-Andalus al-Khadra`
Sumber: http://ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=193990
Diterjemahkan oleh Ustadz Abu Khaleed Resa Gunarsa, Lc. hafizhahullah
Artikel www.Salafiyunpad.wordpress.com