Selasa, 28 Juni 2011

Surah Alfatihah Dan Khasiat-Nya

Surah Al-Fatihah (الفاتح , al-Fātihah, “Pembukaan”) adalah surat pertama dalam Kitab Suci  Al Qur’an. Surah ini diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah merupakan surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap diantara surah-surah yang ada. Surah ini disebut Al-Fatihah (Pembukaan), karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur’an (induk Al-Quran/أمّ القرءان) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab/أمّ الكتاب) karena dia merupakan induk dari semua isi Al-Quran. Dinamakan pula As Sab’ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang/السبع المثاني) karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam sholat.
Ada sebuah petunjuk barangsiapa yang membaca Al Fathihah diantara sembahyang sunat subuh dengan Fardhu Subuh sebanyak 41 kali, maka dia akan:
  • Derajat dan pangkatnya naik.
  • Tidak akan mengalami kemiskinan.
  • Allah SWT akan membayar hutangnya
  • Menyembuhkan segala penyakit.
  • Dikuatkan kelemahannya oleh Allah.
  • Usahanya berhasil sampai yang dicita-citakannya terkabul.
Ada sebuah riwayat. Suatu ketika murid Syaikh al Tamimi memberi penjelasan: “Suatu hari penyakit telah menyerang negeri Maltan dengan dahsyatnya sehingga banyak terjadi kematian setiap hari. Lalu tuan Syaikh al-Tamimi meminta sahabat dan muridnya membaca Fatihah kepada mereka yang sakit tersebut. “Maka kami pun membaca dan meniupkannya ke atas kepala orang sakit itu, seketika orang sakit itu pun sembuh dang penyakitnya berkurangan.”
Begitulah rahasia kehebatan Al Fatihah. Siapa yang membaca 41 kali Fathihah untuk seorang yang sakit, setelah itu dihembuskan kepadanya, Insya Allah dia akan sehat.
Ibnu Abas r.a menjelaskan Saidina Hassan bin Ali r.a cucu Rasulullah SAW sakit. Melihat cucunya sakit, Rasulullah mengambil air dan membacakan fatihah dan membacakan 41 kali dalam suatu wadah, kemudain air itu disapukan ke muka, kepala dan dua belah tangan dan kaki serta perut dan anggota tubuh lainnya. Maka, penyakitnya segera sembuh.
Maka siapa saja yang mengidap sesuatu penyakit baca Al Fatihah sebanyak 41 setelah tiupkan ka segelas air dan itu baca doa ini: “Ya Allah sembuhkanlah karena Engkau Maha Penyembuh. Ya Allah lindungi karena Engkau Maha Pelindung. Ya Allah pulihkan karena Engkau Maha Pemulih.”
Selanjutnya berikan air minum kepada orang yang mengidap penyakit dan sapukan ke mukanya serta ke seluruh tubuhnya, dengan ijin Allah SWT, maka sakitnya akan sembuh.
Inilah manfaat lengkap wirid Al Fatihah:
PENYEMBUHAN PSIKOLOGIS
Membaca al Fathihah sebanyak 100 kali sehari pada tiap-tiap selesai sholat maka dia akan:
  • Dimudahkan rezkinya
  • Dimudahkan kesulitannya.
  • Dibersihkan hatinya.
  • Diangkat darjatnya.
  • Dimudahkan pekerjaannya.
  • Dilepaskan dari dukacita
  • Dijauhkan dari mudharat.
  • Diberikan sifat rajin dan semangat.
  • Tidak mudah kecewa.
  • Dijauhkan dari syaitan.
  • Perilakunya cenderung berbuat kebajikan
MENGEMBALIKAN PANGKAT DERAJAT JABATAN
Saipa yang dipecat dari pekerjaannya atau jatuh pangkat yang disandangnya dan ia berharap mengembalikan pangkatnya yang telah hilang tersebut maka hendaklah ia membaca Fathihah sebanyak 41 kali diantara Sunat Subuh dan Fardhunya selama 40 hari. Jangan kurang dari bilangan ini dan jangan putuskan ayat-ayat yang dibaca. Insayallah pangkatnya semula akan kembali bahkan ia akan menyandang pangkat yang lebih tinggi.
OBAT MANDUL
Siapa yang mandul dan belum mendapat anak selama menikah hendaklah ia membaca surah Fathihah 41 kali selam 40 hari dengan tidak putus-putus dan tidak kurang bilangannya. Dibaca di antara Sunat Subuh dan Fardhu Subuh. Maka, ia akan sgera mendapatkan anak yang sholeh.
MENYEMBUHKAN PENYAKIT KULIT
Baca Al Fathihah sebanyak 7 kali, kemudian ludahkan diatas kapas dan tempelkan pada kulit yang luka atau kulit yang berpenyakit  maka dengan izin Allah kulitnya sembuh.
PEKERJAAN BERES
Siapa yang melakukan pekerjaan dan hendak menyelesaikan pekerjaan itu dengan baik, bacalah Fathihah di tengah malam sebanyak 41 kali. Insyaallah dimudahkan pekerjaannya dengan tidak mendapat gangguan dan semuanya beres.
PENGHILANG LAPAR DAN DAHAGA
Siapa yang kehausan karena berada dalam perjalanan yang jauh misalnya di tengah padang pasir, atau di tengah laut saat berlayar tersesat yang tidak ada sedikitpun air dan ia dahaga atau lapar, hendaklah ia membaca Fathihah sekali diatas tapak tangannya, kemudian ditiupkan diatas tapak tangannya itu dan disapukan ke muka dan perutnya. Insyaallah ia tidak akan merasa lapar atau dahaga pada hari itu.
MENGOBATI SAKIT TELINGA
Jika mengidap sakit telinga baru atau pun lama, hendaklah dituliskan Fathihah dalam satu kertas kemudian dihapuskan tulisan itu dengan minyak mawar dan titikkan ke dalam telinga, insayaallah telinganya sehat.
BELENGGU PUN TERLEPAS
Apabila suatu ketika kita mengalami peristiwa kejahatan dan dibelenggu atau dirantai, maka bacakan Al Fathihah 121 kali, kemudian hembuskan ke ikatan atau belenggu tersebut. Insya allah akan terurai ikatan atau belunggu tersebut dengan izin Allah.
PAGAR GAIB
Petunjuk yang lain, siapa membaca Fathihah sekali saat ia meletakkan kepalanya di bantal saat akan tidur kemudian dilanjutkan dengan membaca:  Qulhuallahu Ahad 3 kali,  surah al Falaq sekali, surah an Nas sekali maka ia selamat dari segala kejahatan serta menjadi dinding dari kejahatan gaib dari syaitan dan segala makhluk yang akan merasuki tubuhnya pada saat dia tidur.
MENYEMBUHKAN SAKIT PELUPA
Jika dibacakan Fatihah:
  • 70 kali sehari
  • selama 7 hari
pada suatu yang wadah yang berisi air kemudian dihembuskan ke dalam air itu dan diberi minum kepada siapa yang kurang cerdas/ bodoh pelupa dan selalu negative thinking maka Insyaallah akan dibukakan pintu hatinya dan diberikan kepadanya kepahaman serta pengetahuan dan penyakit pelupanya segera sembuh. Pikirannya pun menjadi positive thinking
HAJAT SUKSES
Syaikh Mahayudin bin Arabi berkata: “Barangsiapa yang sedang menyelenggarakan hajat hendaklah ia membaca Al Fathihah sebanyak 41 kali, selepas sholat maghrib, jangan ia bergerak dari tempat duduknya, hingga selesai membaca sebanyak bilangan tersebut. Setelah itu bermohonlah kepada Tuhan hajatnya akan sukses maka dengan ijin Allah SWT, hajatnya alan lancer dan sukses tidak kurang suatu apa.
MINYAK FATIHAH
Jika di bacakan 70 kali Al Fathihah ke dalam minyak (apa saja jenis minyak) dan disimpan untuk persediaan agar mencegah masuk angin, atau untuk menyegarkan tenaga dan menyembuhkan urat. Juga bagi penyakit punggung dan pinggang. Insyaallah segera sehat apabila di gosokkan.
SEBAGAI PENAWAR
Jika disengat binatang berbisa seperti lipan, kala jengking atau binatang bersengat hendaklah diambil segelas air dan masukkan sedikit garam (butiran kasar) dalam air itu dan bacakan Al Fatihah sekali. Kemudian minumkan, Insyaallah bisa/racunnya akan hilang.
Barrakallahu ta’alaa

Senin, 27 Juni 2011

Menolak Kebenaran Awal Bencana dan Kekalahan


“Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah, tetapi sebagai peringatan kepada orang yang takut (kepada Allah), yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. (Yaitu Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas ‘Arsy). Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang ada di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah. Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak di sembah) melainkan Dia, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang baik).” (Qs. Thaahaa, 20: 1-8)


TANGGUNG JAWAB risalah dakwah yang di-bebankan Allah Swt ke-pada Kaum Muslim, sebagaimana diamanah-kan kepada Rasulullah Saw, tentunya tidak akan terasa berat manakala Kaum Muslim mau mene-lusuri sejarah panjang kehidupan Rasulullah Saw dan para sahabatnya, se-perti di paparkan dalam Al-Qur’anul Karim.
Ketika Umar ibn Khattab mencapai puncak kemarahannya kepada Rasulullah Saw dan Kaum Muslim, termasuk di antaranya adalah adik perempuannya sendiri, ia bergegas dengan pedang terhunus ditangan men-cari Rasulullah Saw, yang ia anggap mengganggu dan membuat masyarakat Makkah terpecah-belah. Yang tadinya tidak seorang pun berani mengatakan bahwa tradisi Jahiliah ada-lah tradisi terkutuk, tapi se-telah kedatangan Rasulul-lah Saw, suasana yang di-anggap telah tenang, da-mai, dan mapan selama ini, tiba-tiba diubah menjadi sesuatu yang membuat me-reka gempar. Bahkan mem-buat gigi graham mereka gemeretuk menahan ama-rah.
Api amarah yang di-usung oleh Umar dan orang-orang Quraish ha-nya akan padam bila di-bayar oleh melayangnya nyawa Muhammad. Begi-tulah gelora kebencian mereka kepada nabi yang dianggap sebagai biang segala kekacauan. Padahal mereka mengetahui bah-wa Muhammad adalah orang yang jujur. Tidak ada seorang dari bangsa Arab, bahkan dunia sekali-pun yang mendapat gelar Al-Amin, kecuali Muham-mad Rasulullah Saw. Hal ini membuktikan bahwa ternyata gelar dan pujian-pujian yang diberikan oleh Kaum Jahiliah tersebut tidak ada artinya, karena mereka mengingkari peng-hargaan yang mereka sematkan sendiri.
Tradisi-tradisi Jahi-liah yang selama ini me-reka jalankan dengan te-nang, tanpa ada koreksi dan teguran, ternyata di-babat habis oleh keda-tangan Muhammad yang mereka kenal paling jujur di muka bumi, paling halus dan lembut pekerti-nya, serta paling santun terhadap siapa saja. Bagi Umar, orang yang me-nyandang sekian banyak titel kemuliaan itu ternyata seorang pembawa bencana dan gangguan bagi me-reka. Umar merasa tak pantas berdiam diri saja, ia pun bersumpah untuk membunuh Rasulullah Saw.
Tetapi dengan takdir Allah Swt, gejolak dan kemarahan Umar dialih-kan dan disalurkan. Per-tama-tama, dengan api ke-marahan di ubun-ubun ia menuju rumah adik pe-rempuannya yang kala itu sedang belajar al-Qur’an.
Dari luar rumah ia mendengar ada suara, yang diantaranya adalah bacaan dari permulaan surat Thaahaa. Kema-rahannya ia lampiaskan dengan menempeleng adiknya dan membantik adik iparnya, hingga wajahnya lebam-lebam. Tetapi kemarahan Umar itu serta-merta reda karena kesadarannya tergugah ketika ia membaca sendiri catatan kecil yang berisi-kan beberapa ayat dari surat Thaahaa, yang ia rebut dari adiknya.



Apa sesungguhnya yang terjadi pada sosok Umar yang awalnya begitu anti Islam, berubah total menjadi pembela Islam, menjadi kekayaan Islam yang tiada tandingannya sampai hari kiamat?
Setelah di buka oleh ayat pertama, pada ayat kedua Allah menyatakan, “Wahai laki-laki (Muham-mad), Kami turunkan ke-padamu al-Qur’an bukan untuk membuat kamu celaka hidup di dunia”. Ayat ini menjadi bantahan Allah terhadap kaum Quraish yang berkeyakin-an bahwa Muhammad adalah manusia paling ce-laka, karena dia membawa al-Qur’an.
Melalui ayat ini Allah meyakinkan Nabi Saw, bahwa beliau dipilih dan diutus oleh Allah bukan untuk dicelakakan dan bukan pula untuk mene-rima musibah, sebagai-mana anggapan orang-orang Quraish dan Umar yang hendak membunuh beliau. Tetapi ada tujuan mulia, yaitu sebagaimana dinyatakan pada ayat ke-tiga, “Melainkan al-Qur’an ini diturunkan ke-pada kamu Muhammad supaya kamu menyam-paikan per-ingatan kepada orang yang masih punya takut kepada Allah”.

Ayat di atas berisi pe-negasan Allah yang sangat jelas, bahwa orang yang bisa diajak untuk meng-ikuti ajaran Islam hanya-lah orang-orang yang masih punya takut kepada Allah. Se-lebihnya tidak a-kan bisa.
Tanpa Paksaan


Mengajak se-mua manusia agar berkenan  meng-ikuti jejak Rasulul-lah Saw adalah harapan yang mu-lia, tetapi Allah memperi- ngatkan bahwa hal itu ada-lah suatu yang mustahil. Yang bisa diajak hanya-lah orang-orang yang dalam hati-nya masih ada rasa takut kepada Allah. Dengan demikian, hati Nabi Saw menjadi lega karena tidak ada target point men-jadikan semua manusia memeluk Islam. Allah ti-dak menuntut Nabi Saw mengislamkan semua orang, karena hal itu bukan kewajiban beliau. Beliau hanyalah penyeru, bukan penentu Islam atau tidak-nya seseorang.
Adapun orang-orang yang tidak punya rasa ta-kut kepada Allah menjadi urusan-Nya. Dengan be-gitu Rasulullah Saw bisa mengangkat muka dalam menyampaikan dakwah Islam.
Tidak adanya tang-gung jawab kewajiban mengislamkan semua o-rang bagi Rasulullah Saw, juga berlaku bagi Kaum Muslim sekarang. Dengan demikian, Umat Islam tidak diperkenankan me-maksa orang untuk harus beragama Islam dan tun-duk kepada Allah.
Pemaksaan agar se-mua orang memeluk Islam tidak parlu dilakukan me-ngingat kekuasaan Allah yang begitu tinggi. Hal ini yang ditegaskan pada ayat yang keempat, “Dan Qur’an ini Muhammad, di-turunkan dari Tuhan yang menciptakan bumi dan yang menciptakan langit yang tinggi”. Islam atau tidaknya sese-orang, tidak ber-pengaruh terha-dap kekuasaan Allah.
Hal lain yang tersurat pada ayat keempat ini adalah Allah meyakinkan manusia bahwa al-Qur’an bukanlah buatan Muham-mad, bukan pula buatan jin, dukun, apalagi para pe-nyair. Tapi Allah lah yang men-ciptakan langit dan bumi. Ini jaminan Allah kepada Nabi Saw supaya beliau tidak ragu dan bimbang karena perlawanan manusia.
Adanya pene-gaskan jaminan dari Allah menim-bulkan keyakinan kuat pada diri Rasulullah Saw bahwa beliau tak akan mungkin mampu dikalah-kan oleh manusia. Karena manusia tidak mungkin dapat mengalahkan pen-cipta langit dan bumi. Itu berarti pula bahwa manu-sia juga tidak akan mung-kin mengalahkan al-Qur’an. Inilah cermin ter-besar bagi kaum Muslim, bahwa ketika mereka kon-sisten membawa al-Qur-’an, maka tidak akan ada seorang pun yang mampu mengalahkan mereka.

Jaminan uni-versal bagi kaum Muslim, ketika me-reka menyam-paikan al-Qur’an yang sebenarnya, adalah mereka ti-dak akan bisa ber-buat neko-neko (macam-macam). Konsekuensinya, manusia hanya a-kan menjalankan yang diperintahkan oleh Allah Swt. Dan dakwah yang ia sampaikan ada-lah dakwah jujur tanpa ada yang di-sembunyikan, dan tanpa ada yang di-takuti kecuali Allah Swt.
Urgensi rasa takut yang harus dimiliki oleh Kaum Muslim adalah lahirnya kewajiban me-nyampaikan adanya siksa neraka. Allah memberi-kan keyakinan, “liman yakhsya”, hanya orang takutlah yang kamu ajak. Sedangkan orang yang tidak mempunyai rasa ta-kut tidak akan mungkin terketuk hatinya. Oleh ka-rena itu, menyampaikan kepada setiap orang ten-tang neraka dan siksanya, wajib hukumnya. Karena hal itulah yang menjadi titik pangkal untuk mem-bersihkan hati manusia. Ketakutan akan siksa ne-raka dan alam akhirat akan melahirkan kebersihan jiwa.
Namun kenyataan-nya, cerita-cerita tentang pedihnya siksa neraka cenderung disembunyi-kan oleh sebagian besar juru dakwah dengan ala-san takut ditolak oleh masyarakat, dengan alasan tidak akan disukai oleh masyarakat. Padahal, me-mang pada dasarnya tidak ada orang yang suka men-dengarkan hal-hal ngeri apalagi disiksa. Jangankan siksa akhirat, cerita ten-tang penjara di dunia saja, lengkap dengan penyik-saan, pemukulan dan lain sebagainya, sudah cukup membuat bergidik. Itulah watak manusia, apa yang tidak enak me-mang tidak akan disukai.

Tetapi jangan karena hal itu, ancaman neraka menjadi disembu-nyikan, sebab ke-tika dia sadar bah-wa azab itu tidak enak, maka hal itu-lah yang menjadi titik tonggak mun-culnya rasa takut kepada Allah.
Rasa takut ini-lah yang telah men-dera batin Umar. Ia tersentuh ayat, bahwa orang yang bisa memahami al-Qur’an adalah o-rang yang takut kepada Allah. Ma-ka ketika rasa takutnya ke-pada Allah telah muncul, saat itulah ia melupakan kemarahan dan kejeng-kelannya. Kesadaran yang datang tiba-tiba itulah yang menyebabkan ia spontan bertanya kepada adiknya, “Dimana Muhammad sekarang?”. Adiknya balik bertanya, “Untuk apa kamu ber-tanya demikian?, kalau kamu ingin membunuh dia, sebagaimana kamu menganiaya aku, maka lebih kamu bunuh aku daripada kamu menemui Muhammad”.
Mentalitas yang di-tunjukkan oleh adik pe-rempuan Umar adalah mentalitas hasil gemble-ngan al-Qur’an. Lantaran rasa takut yang ia miliki kepada Allah, maka ia me-rasa lebih baik dirinya yang menjadi korban daripada harus mengorbankan utu-san Allah.
Inilah contoh sejarah cemerlang yang akan terus diangkat dengan rasa bang-ga sepanjang zaman. Bah-wa rasa takut kepada Allah akan memunculkan ke-cintaan kepada-Nya dan kitab suci-Nya, melahirkan pembelaan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Sebagai-mana dia rela menerima tanggung jawab dari Allah untuk menyampaikan al-Qur’an itu.
Mendengar pekataan adiknya, Umar menyang-gah, “Tidak, aku tidak akan memusuhinya lagi”. Sehingga adiknya pun memberi tahu, “Dia se-dang berada di rumahnya Arqam”.
Begitulah, ketakutan kepada Allah akan mem-bangun keimanan yang te-guh. Sebaliknya, seseorang yang hatinya nihil dari rasa takut, tidak akan bisa diharapkan untuk mem-bangun keimanan, apalagi kemauan untuk membela agama Allah.



Hanyalah orang-o-rang yang sadar akan perlunya bekal untuk hari esok yang akan mau mem-perjuangkan agama Allah, memperjuangkan Syari’at Allah di tengah-tengah masyarakat yang meng-anggap bahwa al-Qur’an adalah pembawa mala-petaka, sebagaimana ang-gapan orang-orang Qu-raish.

Jadi, kalau masya-rakat Islam menganggap bahwa al-Qur’an hanyalah pembawa perpecahan, ma-ka orang itu pada hakikat-nya telah berkhianat ke-pada Islam. Karena Allah telah menyatakan bahwa al-Qur’an ini datang bukan untuk membuat manusia celaka dan saling ber-musuhan.
Namun kenyataan inilah yang dewasa ini se-ring menjadi tontonan. Orang-orang yang menga-ku Islam, dengan bangga mengatakan, “Kami ber-musuhan sebagai hasil bacaan kami terhadap al Qur’an”. Inilah manusia-manusia yang celaka.
Inilah yang harus di-jaga oleh Kaum Muslim, jangan sampai terjadi per-pecahan dengan alasan sama-sama menjalankan al-Qur’an. Bila hal ini ter-jadi, berarti tuduhan o-rang-orang kafir Quraish benar adanya. Tapi ben-dera yang harus dikibar-kan oleh Kaum Muslim adalah bendera yang dibawa oleh Rasulullah Saw, “wamaa arsalnaaka illa rahmatan lil ‘alamiin”.
Melalui keterangan di atas, diharapkan Kaum Muslim mampu meng-hayati tantangan dari ma-syarakat musyrik tentang al-Qur’an, serta bagaimana jawaban yang diberikan Allah kepada Nabi Mu-hammad Saw, tentang hakekat al-Qur’an ini. Setelah jelas bahwa al-Qur’an bukan untuk men-ciptakan kesengsaraan, dan tahu bahwa al-Qur’an hanya bisa diterima oleh orang-orang yang takut kepada Allah, ma-ka marilah segenap Kaum Muslim bersama-sama un-tuk mengikuti jejak Ra-sulullah dan para sahabat.
Aplikasi dari ke-sada-ran itu adalah kesediaan menyampaikan al-Qur’an secara terbuka, tidak perlu sembunyi-sembunyi, tidak perlu berbisik-bisik, tidak perlu hanya kepada kelom-poknya saja. Tetapi harus ada langkah spektakuler dengan menyampaikan al-Qur’an kepasar-pasar, ke-pada orang-orang kaya, ke rumah para pejabat, ke ru-mah orang-orang ber-kuasa, karena mereka itu-lah sasaran dakwah.
Bukan zamannya lagi main bisik-bisikan. Bukan-kah al-Qur’an diturunkan Allah bukan untuk dijadi-kan bahan bisikan, tetapi untuk disampaikan secara terbuka kepada siapa saja. Bukankah dalam menyam-paikan al-Qur’an yang dibutuhkan adalah percaya diri, bukan rasa minder. Dan bukankah menyam-paikan Islam tidak hanya dibatasi pada ruang masjid semata, atau dimushalla saja. Bila yang menjadi objek dakwah mempunyai rasa takut kepada Allah, maka do’a yang pantas terlontar adalah semoga mereka menjadi orang yang beriman. Amin

 
Artikel Ini Kerjasama antara:

Arrahmah.com dengan Risalah Mujahidin

http://www.arrahmah.com
The State of Islamic Media

Sabtu, 25 Juni 2011

Tasauf: Antara syariat, hakikat dan tarekat

Syari`at, Tarekat dan Hakikat

 Syariat berasal dari Bahasa Arab, menurut Kamus Al-Munawir ialah jalan yang lurus (at-tariqat al-mustaqimat), yakni jalan yang dengan mudah da­pat mengantarkan seseorang ke tempat yang ia tuju.[1]
Dalam perkembangan selanjutnya, isti­lah Syariat oleh para ulama dipergunakan untuk pengertian “segala aturan” yang di­tentukan A11ah untuk para hamba-Nya. baik yang berkenaan dengan soal-soal akidah maupun yang bertalian dengan masa­lah-masalah hukum. Aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah itu dinamai Syariat, karena pada umumnya bersifat tegas dan jelas sehingga mudah dimengerti dan di­ikuti bagaikan jalan raya (tol) yang mulus tanpa ada tikungan dan simpangan. Atau, laksana air yang terns mengalir memberi daya hidup bagi tubuh manusia, aturan-­aturan yang ditetapkan Tuhan, menggerak­kan suasana kehidupan rohani yang man­tap dan mengarahkan akal pikiran ke arah berpikir yang sehat dan dinamis.
Al-Quran al-Karim, yang dalamnya juga kita jumpai kata syara`a dan syara`u (surat asy-Syura: 13 dan 31), mempergunakan kata syir`at dan syariat (masing-maring li­hat surat al-Maidah: 48 dan al-Jasiyah: 18) dalam arti jalan atau aturan-aturan agama yang telah ditetapkan Tuhan untuk kehidupan umat manusia.[2]
Istilah syara`i jamak dari kata Syariat pada masa-masa awal Islam digunakan un­tuk pengertian masalah-masalah pokok ajaran Islam. Orang-orang Arab Badui. ko­non diriwayatkan pernah meminta Nabi supaya mengutus seseorang guna meng­ajarkan “syara`i al-lslam” kepada mereka. Yang dimaksudkan tentu adalah ajaran­-ajaran pokok agama Islam.
Dalam pada itu istilah Syariat di masa­-masa awal Islam tampaknya mempunyai ruang-lingkup yang luas seluas ajaran-ajar­an Islam itu sendiri, tidak hanya menyangkut aspek hukum seperti yang umum di­kenal di masa-masa kemudian, akan tetapi juga mencakup masalah kalam dan lain-­lain. Tapi dalam perkembangan selanjut­nya. istilah Syariat kelihatannya menga­lami penyempitan jangkauan hingga akhir­nya terbatas pada masalah-masalah hu­kum.[3]
Dewasa ini hila disebut kata syariat, hampir dapat dipastikan bahwa yang di­maksud adalah hukum Islam atau fikih. Dan umum memang menganggap Syariat itu identik dengan fikih. Bukan saja kare­na keduanya mempunyai hubungan erat yang tak dapat dipisahkan, melainkan juga karena satu sama lain dipergunakan da­lam pengertian yang persis sama.[4]
Namun demikian tidak berarti bahwa antara Syariat dan fikih sama sekali tidak ada perbedaan di balik hubungan erat dan persamaan antara keduanya. Di antara perbedaan yang menonjol antara syariat dan fikih ialah:
Pertama: Syariat merupakan hak prerogative Allah yang kompetensi untuk me­netapkannya paling banter hanya dideligasikan kepada Nabi Muhammad. Sedang­kan fikih merupakan ketentuan-ketentuan hukum yang ditetapkan manusia yakni para fukaha (para pakar hukum Islam) sebagai basil ijtihad mereka setelah melaku­kan pemahaman terhadap al-Qur`an dan al­-Hadis.
Penggunaan istilah Syariat Allah dan syariat Nabi Muhammad tidak fikih Allah dan fikih Muhammad. mengisvaratkan tentang perbedaan antara fikih dengan syariat. Demikian pula sebutan fikih Ha­nafl. fikih Maliki. fikih Fikih Syafi’i dan fikih Hambali; tidak syariat Hanafi, syariat Maliki dan lain-lain.
Al-Quran scndiri secara tidak langsung membedakan antara Syariat dengan fikih. Berbeda dengan kata fikih (dalam al­Quran tersebut 2o kali kata fikih) yang se­muanya dikaitkan dengan manusia, al-Quran melalu menghubungkan kata Syariat dengan Allah, kecuali pada kata syara`u yang terdapat dalam surat asy-Syura ayat 31 . Dalam ayat ini kata syari`at dipertali­kan dengan umat manusia, tetapi itu pun dalam nada pernyataan ketidak setujuan Allah terhadap mereka yang membuat ­buat Syariat.
Kedua: karena Syariat Islam itu meru­pakan aturan yang ditetapkan Allah dan atau Rasul-Nya (Muhammad), maka Sya­riat apa pun alasannya tidak dapat diro­bah atau diganti oleh siapa, kapan dan di mana pun. Sedangkan fikih Islam, yang mamerupakan hasil ijtihad mujtahid, kapan dan di mana perlu pada prinsipnya boleh dirobah.
Ketiga: syariat Islam pada umumnya berisi ketentuan-ketentuan hukum dasar yang bersifat global dan berjumlah relatif sedikit, sedangkan fikih Islam yang meru­pakan penjabaran syariat Islam, pada umumnya bersifat terperinci dan berjum­lah banyak.
Keempat: syariat Islam bersifat kekal dan universal. sementara fikih Islam seti­dak-tidaknya dalam perkara-perkara ter­tentu boleh jadi bersifat Iokal dan tempo­ral. Sebutan-sebutan fikih Irak, fikih Hijaz dan lain-lain umpamanya, menunjukkan keelokan fikih Islam dalam arti bisa berbeda antara fikih negara Islam yang satu dengan fikih negara Islam yang iain. De­mikian pula tentang perubahan ketentuan hukum fikih dari waktu ke waktu. Se­dangkan syariat tidak pernah terdenaar is­tilah syariat Saudi Arabia, syariat Mesir; syariat Pakistan atau syariat Indonesia dan iain-lain. Yang ada ialah istilah syariat  Allah, syariat Nabi Muhammad dan sya­riat Islam.[5]


Pengertian Tarekat
Tarekat (tariqat) secara harfiah berarti jalan, cara, atau metode[6]. Dalam lapangan tasawuf, istilah ini sampai abad ke-11 (5 H) dipakai dengan pengertian: jalan yang harus ditempuh oleh setiap calon sufi untuk mencapai tujuannya, yaitu ber­ada sedekat mungkin dengan Allah, atau dengan kata lain berada di hadirat-Nya tanpa dibatasi oleh hijab (hijab berarti dinding yang membatas,. mata batin sese­orang dengan Allah). Pada jalan tersebut terdapat sederetan maqam-maqam (sta­sion-stasion atau tahap-tahap) yang harus dilalui, seperti maqam tobat, zuhud, sa­bar, rida, mahabbah (cinta), dan makri­fatullah (mengenal Allah dengan hati-nu­rani). Bila calon sufi itu telah mencapai maqam makrifatullah, maka ia bukan lagi calon, tapi meningkat menjadi sufi secara aktual. Sejak berdirinya organisasi-organi­sasi atau kesatuan-kesatuan jemaah para sufi dengan para murid atau pengikut ma­sing-masing pada abad ke- 12 (6 H), isti­lah tarekat tidak lagi hanya mengandung arti jalan, seperti dijelaskan di atas, tapi juga mengandung arti organisasi atau ke­satuan jemaah sufi dengan murid atau pengikutnya tersebut.[7]
Sufi menjadi pemimpin tarekat (dalam arti kedua) ini disebut Syekh. Pada mulanya tempat tinggal Syekh tarekat itu menjadi pusat kegiatan pendidikan dan pembinaan para anggota tarekat, tetapi kemudian segera bermunculan ribat, seba­gai perkampungan khusus untuk pembi­naan tersebut. Anggota tarekat terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok murid atau pengikut yang tinggal dalam ribat dan memusatkan perhatian pada ibadat, dan kelompok pengikut awam yang ting­gal di luar ribat, serta tetap bekerja de­ngan pekerjaan mereka sehari-hari, tetapi pada waktu-waktu tertentu mereka ikut berhimpun dalam ribat untuk menjalani latihan spiritual.[8]
Perluasan tarekat itu biasanya berlang­sung sebagai berikut: murid yang telah di­pandang oleh Syekh berhasil mencapai tingkat tertinggi, memperoleh ijazah (sua­tu pengakuan boleh menjadi guru tarekat) dari Syekh tersebut. Pemegang ijazah itu keluar dari ribat dan selanjutnya mengada­kan serta memimpin ribat yang serupa di tempat lain. Semakin banyak murid yang menerima ijazah berarti semakin banyak pula kemungkinan berdirinya ribat-ribat baru. Ribat yang baru ini pada gilirannya tentu menghasilkan pula guru-guru tare­kat. Demikianlah sebuah tarekat dengan sebuah ribat, yang berdiri di sebuah tem­pat, dapat meluas ke berbagai penjuru du­nia Islam, dengan jumlah ribat yang ba­nyak Tidak semua cabang atau ranting suatu tarekat, menghubungkan tarekatnya kepada nama tokoh pendiri pertama, tapi kepada Syekh pendiri cabang atau ranting itu sendiri. Itulah sebabnya nama-nama ta­rekat yang bermunculan di dunia Islam berpuluh-puluh atau ratusan banyaknya.[9]
Sejarah Islam menunjukkan bahwa tare­kat-tarekat, sejak bermunculan pada abad ke-12 (6 H), mengalami perkembangan yang pesat. Dapat dikatakan bahwa dunia Islam., sejak abad berikutnya (13/7 H), pa­da  umumnya dipengaruhi oleh tarekat. Tarekat-tarekat tampak memegang peran­an yang cukup besar dalam menjaga eksis­tensi dan ketahanan umat Islam, setelah mereka dilabrak secara mengerikan oleh gelombang-gelombang serbuan tentara Tartar (kota Bagdad sendiri dimusnahkan tentara Tartar itu pada 1258 (656 H).[10] (Sejak penghancuran demi penghancuran yang dilakukan oleh tentara Tartar itu, Islam yang diperkirakan orang akan le­nyap, tetap saja mampu bertahan, bahkan dapat merembes memasuki hati turunan para penyerbu itu dan memasuki daerah-­daerali baru. Pada umumnya para anggota tarekatlah yang berperan dalam penyebar­an Islam, sejak kehancuran kota Bagdad itu.[11] Tarekat-tarekatlah yang menguasai kehidupan umat Islam selama zaman perte­ngahan sejarah Islam (abad ke-13-18/ 7-12 H). Pengaruh tarekat mulai mundur sejak awal abad yang lalu. Serangan-se­rangan terhadap tarekat, yang dulunya di­pelopori oleh Ibnu Taimiyah (w. 1327/ 728 H) terdengar semakin gencar dan kuat di masa modern. Tokoh-tokoh pembaharu dalam dua abad terakhir ini pada umum­nya memandang bahwa salah satu di anta­ra sebab-sebab mundur dan lemahnya umat Islam adalah pengaruh tarekat yang buruk (antara lain: menumbuhkan sikap taklid, sikap fatalistic, orientasi yang ber­lebihan kepada ibadat dan akhirat, dan tidak mementingkan ilmu pengetahuan).[12]
Dari sekian banyak tarekat yang pernah muncul sejak abad-abad ke-12 (6 H) itu, dapat dicatatkan antara lain: Tarekat Qa­diriyah (dihubungkan kepada Syekh Ab­dul-Qadir al-Jailani, yang wafat di Irak pa­da 1161 (561 H), yang mempunyai penga­nut di Irak, Turki, Turkestan, Sudan, Ci­na. India, dan Indonesia; Tarekat Rifa’i­vah (dihubungkan kepada Syekh Ahmad ar-Rifa’i, yang juga wafat di Irak pada 1182 (578 H), yang mempunyai pengikut di Irak dan Mesir; Tarekat Syaziliyah (di­hubungkan kepada Syekh Ahmad asy-Sya­zili, yang wafat di Mesir pada (1258/658 H), yang mempunyai pengikut di Mesir, Afrika Utara, Siria, dan negeri Arab lain­nya: Tarekat Maulawiyah (dihubungkan kepada Syekh Maulana Jalaluddin Rumi, yang wafat di Konya/Turki pada 1273/ 672 H), yang berpengaruh pada masyara­kat Turki: Tarekat Naqsyabandiyah (dihu­bungkan kepada Syekh Bahauddin Naq­syabandi yang wafat di Bukhara pada 1389 (791 H), yang mempunyai pengikut di Asia Tengah, Turki, India, Cina, dan Indonesia; dan Tarekat Syattariyah (dihu­bungkan kepada Syekh Abdullah asy­Syattari yang wafat di India pada 1236 (633 H), yang mempunyai pengikut di In­dia dan Indonesia.[13]

Pengertian Hakikat
Hakikat (Haqiqat) adalah kata benda yang berarti kebenaran atau yang benar-­benar ada. Kata ini berasal dari kata po­kok hak (al-Haq), yang berarti milik (ke­punyaan) atau benar (kebenaran). kata Haq, secara khusus oleh orang-orang sufi sering digunakan sebagai istilah untuk Allah, sebagai pokok (sumber) dari segala kebenaran, sedangkan yang berlawanan dengan itu semuanya disebut batil (yang tidak benar).[14]
Dalam ilmu tasawuf, hakikat merupa­kan salah satu bagian (tingkat) dari empat tingkatan ilmu: syariat, tarekat, makrifat dan bakikat. Syariat, sebagai ilmu yang paling awal, mempelajari tentang amal  iba­dat dan muamalat secara lahir.[15] Tarekat, sebagai ilmu kedua, mempelajari tentang latihan-latihan rohani dan jasmani yang di­lakukan sekelompok umat Islam (para sufi) menurut ajaran-ajaran tertentu, yang tujuan pokoknya adalah untuk memperte­bal iman dalam hati para pengikutnya, se­hingga tidak ada lagi yang lebih indah dan dicintai selain daripada Allah. Makrifat, sebagai tingkat ketiga, mempelajari ten­tang bagaimana mengetahui sesuatu de­ngan seyakin-yakinnya. Makrifat yang di­maksud di sini, adalah ma`rifatullah (me­ngenal Allah) baik zat-Nya, sifat-Nya mau­pun asma-Nya. Hakikat, sebagai tingkat terakhir dan lanjutan dari makrifat, berusaha menunjukkan basil dari makrifat itu ke dalam wujud yang sebenar-benarnya, atau pada tingkat kebenaran yang paling tinggi.[16]
Hakikat itu baru akan dicapai sesudah seseorang memperoleh makrifat yang sebenar­benarnya. Dan hakikat ini, hanya dapat dicapai dalam keadaan fana (hilangnya kesadaran diri dan alam sekelilingnya), karena hanya dalam keadaan yang demi­kianlah terbuka dan tersingkapnya tirai penutup yang merintangi seorang hamba dengan Tuhannya (kasyf al-mahjub). De­ngan demikian, hakikat merupakan pun­cak dari basil yang dicapai kaum sufi dalam usaha pendakian spiritual melalui tarekatnya. Dan biasanya, seorang sufi yang telah mencapai ma`rifatullah yang hakiki disebut ahli hakikat (ahlu al-Haqiqah).[17]
Menurut Ibnu Arabi, hakikat wujud ini adalah satu dalam jauhar dan zatnya, teta­pi berbilang dalam sifat dan asmanya. Se­lanjutnya ia mengatakan: “Manakala engkau meninjau dari sudut zat-Nya, eng­kau akan berkata, itulah Haq. Dan apabila engkau meninjau dari sudut sifat dan asma-Nya, dari sudut terjadinya segala se­suatu yang mumkinat, niscaya engkau ber­kata, itulah makhluk atau alam”.[18]
Hakikat juga dapat berarti ungkapan yang digunakan untuk menunjukkan mak­nanya yang pertama (makna yang sebenar­nya), kebalikan dari ungkapan majas (metafor). Akan tetapi ada beberapa ung­kapan majaz yang sudah sering digunakan, sehingga menjadi semacam konvensi, ma­jaz seperti ini dapat disebut sebagai haki­kat secara adat kebiasaan (haqiqat al-`urfi­yat).[19]


Hubungan Antara Syari`at, Tarekat,  dan Hakikat
Syariat adalah didisplin keIslaman yang menggarap aspek lahiriyah. Seiring klasifikasi zaman, syariat mengalami penyempitan arti dan garapan secara normatif yaitu fiqih.sedangkan asal mulanya syari`at merupakan pokok-pokok ajaran Islam yang masih utuh meliputi Tauhid, Hukum Islam, dan Akhlak. Menurut Fajrurrahman, Tauhid adalah bangunan pondasi yang menjadi pijakan utama dalam beragama dan syariat aturan formal yang membingkai aspek kehidupan secara legal. Adapun akhlak bidang garapan yang lahannya tingkah laku manusia dengan pendekatan sentuhan hati nurani untuk di aplikasikan dalam praktik kehidupan sehari-hari berdasarkan Al-Qur`an As-Sunnah.
Dari ketiga bidang di atas bila didalami, dihayati dan diamalakn oleh setiap kaum muslimin secara kontinyu (istiqomah) berdampak positif pada kehidupan sehari-hari. Para sufi dalam menterjemahkan ketiga aspek ini secara konstektual menjadi sebuah disiplin keilmuan dalam Islam yaitu Ilmu Tasawuf. Imam Al-Gazali dan Ihya Ulumuddin mengkombinasikan tauhid, fiqih, dan akhlak menjadi satu kesatuan yang utuh (saling terkait).
Kolerasi antara syariat dan hakikat bagaikan anak tangga yang satu sama lain saling berhubungan, tidak akan pernah ada hakikat tanpa jalan makrifat, makrifat tidak pernah ada tanpa melalui latihan (thariqat), Thariqat tidak pernah jalan tanpa adanya syari`at dan syari`at sendiri muncul karena adanya tauhid.
Untuk mempermudah pamahaman, penulis sekemakan sebagai berikut:
1.    Tauhid sebagai landasan utama dalam bertasawuf
2.    Syari`at sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan pandual Al-qu`an dan Al-Hadits.
3. Thariqat sebagai wahan latihan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan Mujahadah dan Muraqabah akhirnya tibul istiqamah
4. Ma`rifah adalah buah dari tariqat di atas yang berinflikasi kasyaf, mengetahui hakikat Tuhan.

Tasawuf (Tasawwuf) dan FATWA-FATWA ULAMA' AHLUSSUNNAH TENTANG TASAWUF

Tasawuf (Tasawwuf) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi.

 فقيها و صوفيا فكن ليس واحدا * فإني و حـــق الله إيـــاك أنــــصح
فذالك قاس لم يـــذق قـلــبه تقى * وهذا جهول كيف ذوالجهل يصلح
Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya.Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu.
Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mahu menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelazatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mahu mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik?
(Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47)


Para ulama besar kaum muslimin sama sekali tidak menentang tasawuf, tercatat banyak dari mereka yang menggabungkan diri sebagai pengikut dan murid tasawuf, para ulama tersebut berkhidmat dibawah bimbingan seorang mursyd tarekat yang arif, bahkan walaupun ulama itu lebih luas wawasannya tentang pengetahuan syari’at Islam, namun mereka tetap menghormati para syaikh yang mulia, hal ini dikarenakan ilmu2 syari’at yang diperoleh dari jalur pendidikan formal adalah ilmu lahiriah, sedangkan untuk memperoleh ilmu batiniyah dalam membentuk “qalbun salim / akhlak yang mulia”, seseorang harus menyerahkan dirinya untuk berkhidmat dibawah bimbingan seorang mursyd Tarekat yang sejati. (yang silsilah keilmuannya jika dirunut keatas akan sampai kepada Nabi Muhammad SAW)

IMAM AL- GHAZALI
(450-505 H./1058-1111 M)
Imam Ghazali tentang tasawuf : “Saya tahu dengan benar bahwa para Sufi adalah para pencari jalan Allah, dan bahwa mereka melakukan yang terbaik, dan jalan mereka adalah jalan terbaik, dan akhlak mereka paling suci. Mereka membersihkan hati mereka dari selain Allah dan mereka menjadikan mereka sebagai jalan bagi sungai untuk mengalirnya kehadiran Ilahi [al-Munqidh min ad-dalal, hal. 131].
Dalam bukunya an-Nusrah an-Nabawiahnya mengatakan bahwa mendalami dunia tasawuf itu penting sekali. Karena, selain Nabi, tidak ada satupun manusia yang bisa lepas dari penyakit hati seperti riya, dengki, hasud dll. Dan, dalam pandangannya, tasawuf lah yang bisa mengobati penyakit hati itu. Karena dalam ilmu tasawuf konsentrasi mempelajari pada tiga hal dimana ketiga-tiganya sangat dianjurkan oleh al-Qur’an al-karim. Pertama, selalu melakukan kontrol diri, muraqabah dan muhasabah. Kedua, selalu berdzikir dan mengingat Allah Swt. Dan ketiga, menanamkan sifat zuhud, cinta damai, jujur, sabar, syukur, tawakal, dermawan dan ikhlas.

DR. YUSUF AL-QARDHAWI

(Ketua Ulama Islam Internasional dan juga guru besar Universitas al Azhar – Beliau merupakan salah seorang ulama Islam terkemuka abad ini) didalam kumpulan fatwanya mengatakan : “Arti tasawuf dalam agama ialah memperdalam ke arah bagian ruhaniah, ubudiyyah, dan perhatiannya tercurah seputar permasalahan itu.”
Beliau juga berkata, “Mereka para tokoh sufi sangat berhati-hati dalam meniti jalan di atas garis yang telah ditetapkan oleh Al-Qur,an dan As-Sunnah. Bersih dari berbagai pikiran dan praktek yang menyimpang, baik dalam ibadat atau pikirannya. Banyak orang yang masuk Islam karena pengaruh mereka, banyak orang yang durhaka dan lalim kembali bertobat karena jasa mereka. Dan tidak sedikit yang mewariskan pada dunia Islam, yang berupa kekayaan besar dari peradaban dan ilmu, terutama di bidang marifat, akhlak dan pengalaman-pengalaman di alam ruhani, semua itu tidak dapat diingkari.”
EMPAT ORANG IMAM MAZHAB SUNNI, semuanya mempunyai seorang guru mursyd tarekat. Melalui mursyd tarekat tersebut mereka mempelajari Islam dalam sisi esoterisnya yang indah dan sangat agung. Mereka semua menyadari bahwa ilmu syariat harus didukung oleh ilmu tasawuf sehingga akan tercapailah pengetahuan sejati mengenai hakikat ibadah yang sebenarnya.

IMAM ABU HANIFAH (85 H -150 H)

(Nu’man bin Tsabit - Ulama besar pendiri mazhab Hanafi)
Beliau adalah murid dari Ahli Silsilah Tarekat Naqsyabandi yaitu Imam Jafar as Shadiq ra . Berkaitan dengan hal ini, Jalaluddin as Suyuthi didalam kitab Durr al Mantsur, meriwayatkan bahwa Imam Abu Hanifah berkata, “Jika tidak karena dua tahun, aku telah celaka. Karena dua tahun saya bersama Sayyidina Imam Jafar as Shadiq, maka saya mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahui jalan yang benar”.

IMAM MALIKI

(Malik bin Anas - Ulama besar pendiri mazhab Maliki) juga murid Imam Jafar as Shadiq ra, mengungkapkan pernyataannya yang mendukung terhadap ilmu tasawuf sebagai berikut :
“Man tasawaffa wa lam yatafaqa faqad tazandaqa, wa man tafaqaha wa lam yatasawaf faqad tafasaq, wa man tasawaffa wa taraqaha faqad tahaqaq”.
Yang artinya : “Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasawuf tanpa fiqih maka dia telah zindik, dan barangsiapa mempelajari fiqih tanpa tasawuf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasawuf dengan disertai fiqih dia meraih Kebenaran dan Realitas dalam Islam.” (’Ali al-Adawi dalam kitab Ulama fiqih, juz 2, hal. 195 yang meriwayatkan dari Imam Abul Hasan).

IMAM SYAFI’I (Muhammad bin Idris, 150-205 H)

Ulama besar pendiri mazhab Syafi’i berkata, “Saya berkumpul bersama orang-orang sufi dan menerima 3 ilmu:
1. Mereka mengajariku bagaimana berbicara
2. Mereka mengajariku bagaimana memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan kelembutan hati
3. Mereka membimbingku ke dalam jalan tasawuf.”
(Riwayat dari kitab Kasyf al-Khafa dan Muzid al Albas, Imam ‘Ajluni, juz 1, hal. 341)

IMAM AHMAD BIN HANBAL (164-241 H)

Ulama besar pendiri mazhab Hanbali berkata, “Anakku, kamu harus duduk bersama orang-orang sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka selalu mengingat Allah dalam hati mereka. Mereka adalah orang-orang zuhud yang memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi. Aku tidak melihat orang yang lebih baik dari mereka” (Ghiza al Albab, juz 1, hal. 120 ; Tanwir al Qulub, hal. 405, Syaikh Amin al Kurdi)

SYAIKH FAKHRUDDIN AR RAZI (544-606 H)
Ulama besar dan ahli hadits) berkata :
“Jalan para sufi adalah mencari ilmu untuk memutuskan hati mereka dari kehidupan dunia dan menjaga diri agar selalu sibuk dalam pikiran dan hati mereka dengan mengingat Allah pada seluruh tindakan dan perilaku .” (I’tiqad al Furaq al Musliman, hal. 72, 73)

IMAM AL MUHASIBI (243 H./857 M)
Imam al-Muhasibi meriwayatkan dari Rasul, “Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan dan hanya satu yang akan menjadi kelompok yang selamat” . Dan Allah yang lebih mengetahui bahwa satu itu adalah Golongan orang TASAWUF. Dia menjelaskan dengan mendalam dalam Kitab al- Wasiya hal. 27-32.

IMAM AL QUSHAYRI (465 H./1072 M)
Imam al-Qushayri tentang Tasawuf: “Allah membuat golongan ini yang terbaik dari wali wali- Nya dan Dia mengangkat mereka di atas seluruh hamba-hamba-Nya sesudah para Rasul dan Nabi, dan Dia memberi hati mereka rahasia Kehadiran Ilahi-Nya dan Dia memilih mereka diantara umat-Nya yang menerima cahaya-Nya. Mereka adalah sarana kemanusiaan, Mereka menyucikan diri dari segala hubungan dengan dunia dan Dia mengangkat mereka ke kedudukan tertinggi dalam penampakan (kasyaf).
Dan Dia membuka kepada mereka Kenyataan akan Keesaan-Nya. Dia membuat mereka untuk melihat kehendak-Nya mengendalikan diri mereka. Dia membuat mereka bersinar dalam wujud-Nya dan menampakkan mereka sebagai cahaya dan cahaya-Nya .” [ar-Risalat al-Qushayriyyah, hal. 2]

IMAM NAWAWI (620-676 H./1223-1278 M)

Dalam suratnya al-Maqasid: “Ciri jalan sufi ada 5:
menjaga kehadiran Allah dalam hati pada waktu ramai dan sendiri mengikuti Sunah Rasul dengan perbuatan dan kata menghindari ketergantungan kepada orang lain, bersyukur pada pemberian Allah meski sedikit, selalu merujuk masalah kepada Allah swt [Maqasid at-Tawhid, hal. 20]

IBNU KHALDUN (733-808 H)

Ulama besar dan filosof Islam berkata, “Jalan sufi adalah jalan salaf, yakni jalannya para ulama terdahulu di antara para sahabat Rasulullah Saww, tabi’in, dan tabi’it-tabi’in. Asasnya adalah beribadah kepada Allah dan meninggalkan perhiasan serta kesenangan dunia.” (Muqadimah ibn Khaldun, hal. 328)

IMAM JALALUDDIN AS SUYUTI

(Ulama besar ahli tafsir Qur’an dan hadits) didalam kitab Ta’yad al haqiqat al ‘Aliyyah, hal. 57 berkata, “Tasawuf yang dianut oleh ahlinya adalah ilmu yang paling baik dan terpuji. Ilmu ini menjelaskan bagaimana mengikuti Sunah Nabi Saww dan meninggalkan bid’ah.”

TAJUDDIN AS SUBKI

Kitab Mu’iid an-Na’iim, hal. 190, tentang Tasawuf : “Semoga Allah memuji mereka dan memberi salam kepada mereka dan menjadikan kita bersama mereka di dalam sorga. Banyak hal yang telah dikatakan tentang mereka dan terlalu banyak orang-orang bodoh yang mengatakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan mereka. Dan yang benar adalah bahwa mereka meninggalkan dunia dan menyibukkan diri dengan ibadah”
Dia berkata pula : “Mereka adalah manusia-manusia yang dekat dengan Allah yang doa dan shalatnya diterima Allah, dan melalui mereka Allah membantu manusia”

IBNU ‘ABIDIN

Ulama besar, Ibn ‘Abidin dalam Rasa’il Ibn cAbidin (p. 172-173) menyatakan: ” Para pencari jalan ini tidak mendengar kecuali Kehadiran Ilahi dan mereka tidak mencintai selain Dia. Jika mereka mengingat Dia mereka menangis. Jika mereka memikirkan Dia mereka bahagia. Jika mereka menemukan Dia mereka sadar. Jika mereka melihat Dia mereka akan tenang. Jika mereka berjalan dalan Kehadiran Ilahi, mereka menjadi lembut. Mereka mabuk dengan Rahmat-Nya. Semoga Allah merahmati mereka”. [Majallat al-Muslim, 6th ed., 1378 H, p. 24].

SYEIKH RASYID RIDHA

Dia berkata,”Tasawuf adalah salah satu pilar dari pilar-pilar agama. Tujuannya adalah untuk membersihkan diri danmempertanggung jawabkan perilaku sehari-hari dan untuk menaikan manusia menuju maqam spiritual yang tinggi” [Majallat al-Manar, tahun pertama hal. 726].

MAULANA ABUL HASAN ALI AN-NADWI

Maulana Abul Hasan ‘Ali an-Nadwi anggota the Islamic-Arabic Society of India and Muslim countries. Dalam, Muslims in India, , p. 140-146, “Para sufi ini memberi inisiasi (baiat) pada manusia ke dalam keesaan Allah dan keikhlasan dalam mengikuti Sunah Nabi dan dalam menyesali kesalahan dan dalam menghindari setiap ma’siat kepada Allah SWT. Petunjuk mereka merangsang orang-orang untuk berpindah ke jalan kecintaan penuh kepada Allah”
“Kita bersyukur atas pengaruh orang-orang sufi, ribuan dan ratusan ribu orang di India menemukan Tuhan mereka dan meraih kondisi kesempurnaan melalui Islam”

ABU ‘ALA AL MAUDUDI

Dalam Mabadi’ al-Islam (hal. 17), “Tasawuf adalah kenyataan yang tandanya adalah cinta kepada Allah dan Rasul saw, di mana sesorang meniadakan diri mereka karena tujuan mereka (Cinta), dan seseorang meniadakan dari segala sesuatu selain cinta Allah dan Rasul” “Tasauf mencari ketulusan hati, menyucikan niat dan kebenaran untuk taat dalam seluruh perbuatannya.”



Seperti itulah pengakuan para ulama besar kaum muslimin tentang tasawuf. Mereka semua mengakui kebenarannya dan mengambil berkah ilmu tasawuf dengan belajar serta berkhidmat kepada para syaikh tarekat pada masanya masing-masing. Oleh karena itu tidak ada bantahan terhadap kebenaran ilmu ini, mereka yang menyebut tasawuf sebagai ajaran sesat atau bid’ah adalah orang-orang yang tertutup hatinya terhadap kebenaran Allah SWT.
Ringkasnya, belajar Tasawuf dengan memilih Tarekat yang benar, Tarekat yang mu’tabaroh (yang diakui keabsahannya di dunia Islam) dari segi silsilah guru dan ajarannya dari dahulu maupun sekarang, adalah sarana efektif untuk menyebarkan kebenaran Islam, memperluas ilmu dan pemahaman spiritual, dan meningkatkan kebahagiaan serta kedamaian.
Dengan ilmu Tasawuf manusia dapat lebih mengenal diri sendiri, dengan demikian akan lebih mengenal Tuhannya. Sehingga manusia mendapatkan keselamatan dari kebodohan dunia serta dari godaan keindahan materi. Dan hanya Allah SWT yang lebih mengetahui niat hamba-hamba-Nya yang tulus.
* * * * * * * * * * * * *
Laa ilaha illa allah
Tiada Tuhan kecuali Allah

Laa ma’buda illa allah
Tiada yang disembah kecuali Allah

oleh Sutarom 'Tarom' pada 24 Juni 2011

Kekhawatiran Nabi Muhamad Terhadap Umatnya

Nabi muhammad adalah seorang pembawa risalah Alloh yang sangat mencintai umatnya. Sepanjang hidupnya ia dedikasikan untuk menyebarkan risalah Alloh kepada umat manusia, walau dihadapkan pada tantangan, cemoohan dan penderitaan.
Alloh SWT menggambarkan sifat dan perjuangan nabi Muhammad dalam QS Attaubah 128:
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS. 9:128)
Berangkat dari kecintaan beliau yang sangat besar terhadap umatnya, ia menginginkan umatnya senantiasa berada dalam keimanan agar selamat dunia dan akhirat. Untuk itulah, beliau memiliki beberapa kehawatiran yang tidak ingin terjadi kepada umatnya. Karena jika kekhawatiran ini terjadi, niscaya umat itu ada dalam kesesatan dan kecelakaan dunia dan akhirat.
Apa sajakah kekhawatiran nabi itu? Jawabannya adalah sebagai berikut:
#1. Pemimpin yang menyesatkan (Dholim)

Nabi sangat mengkhawatirkan jika umatnya dipimpin oleh pemimpin yang menyesatkan (dholim) . Kenapa? Karena seorang pemimpin adalah lokomotif yang menentukan arah suatu masyarakat. Baik buruknya tatanan masyarakat akan sangat ditentukan oleh pemimpinnya. Islam melarang umatnya memilih musuh Alloh dan musuh orang beriman sebagai pemimpin baginya. Begitu pula orang yang tabiatnya lebih cenderung terhadap kekafiran daripada keimanan.
Nabi sangat mengkhawatirkan, jika umatnya dipimpin oleh pemimpin yang dholim (menyesatkan), maka umatnya akan rusak.

#2. Riya
Nabi berkata, “Yang paling aku takuti terjadi pada umatku, yakni umatku mampu beramal sholeh tetapi terjebak pada syirik kecil”, Shahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dengan Syirik kecil itu?”, Nabi menjawab, “Riya”.
Riya adalah ketika seseorang beramal sholeh, ia ingin dilihat oleh manusia dan ingin mendapat pujian. Saat di akhirat kelak, Alloh menyuruh orang yang berbuat riya untuk minta pahala kepada yang di-riyai-nya. Alloh hanya menginginkan amal yang dilakukan seseorang semata-mata untuk mengharap ridho Alloh, bukan yang lainnya.
Sangatlah mudah mengindikasikan apakah perbuatan (ibadah) yang kita lakukan termasuk kategori riya atau tidak. Jika kita semakin bersemangat melakukan ibadah saat ada orang lain yang memuji, dan berhenti saat ada orang menghina, maka berhati-hatilah karena perbuatan itu termasuk kategori riya (manusia oriented). Adapun orang yang ikhlas, ia akan tetap istiqomah menjalankan ibadah, tanpa pengaruh pujian atau hinaan orang lain (Alloh oriented).

#3. Perzinahan
Saat ini, perzinahan telah merajalela di lingkungan sekitar kita, bahkan telah menjadi trend di kalangan generasi muda. Islam sangat melarang perbuatan zina, bahkan perbuatan yang mendekati perzinahanpun dilarang. Dalam pandangan Islam, perbuatan zina merupakan perbuatan keji, buruk  dan merusak tatanan sosial.

#4. Munafik yang Pintar Ngomong
Kehadiran orang munafiq yang pintar ngomong sangatlah membahayakan. Ia memiliki kemampuan orasi yang meyakinkan sehingga orang takjub dan kagum terhadap apa yang ucapkannya, meskipun ucapan itu hanyalah hiasan bibir belaka. Alloh akan menempatkan orang munafiq di neraka paling dasar. Orang munafiq selalu dusta saat dia berbicara, menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekafirannya. Kehadirannya dalam umat hampir tidak kelihatan karena ia bersembunyi dalam kekafiran.
#5. Kesesatan Hawa Nafsu
Nabi sangat takut jika umatnya berada dalam kesesatan hawa nafsu dan syahwat.  Mereka cenderung mengikuti hawa nafsu baik perut maupun kemaluan. Satu satu faktor yang menyebabkan seseorang mengikuti hawa nafsu, ialah meninggalkan sholat.

#6. Lalai Meskipun Tahu
Adab yang paling keras akan ditimpakan Alloh kepada yang ‘alim tetapi tidak mengamalkan ilmunya.
#7. Percaya Dukun dan Mengingkari Takdir
Siapa orang yang datang ke orang pintar (dukun), bertanya sesuatu dan mengimani ucapannya, maka sholatnya selama 40 hari tidak diterima. Saat ini, banyak orang islam yang percaya dukun karena ingin naik pangkat, laris usahanya, dan lain sebagainya. Hal ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam, sampai-sampai nabi mengkhawatirkan jika hal ini terjadi kepada umatnya.
(Dikutip dari pengajian Ahad, 21 Feb 2010, Mesjid Darussalam Kota Wisata)

Kamis, 23 Juni 2011

BERBAGAI MACAM PENYAKIT AKIBAT MEROKOK




 Merokok dapat menyebabkan berbagai macam penyakit yang mengakibatkan kematian. Dapat kita klasifikasikan berdasarkan organ tubuh yang terkena penyakit:
Penyakit yang menyerang hati dan organ sirkulasi:
 Penyakit-penyakit ini secara mendasar berkaitan langsung akibat mengkonsumsi rokok:
1.  Penyempitan pembuluh darah koroner (nyeri pada dada yang sangat parah), penggumpalan hati dan bisa menyebabkan kematian mendadak.
2.  Pembekuan pembuluh darah pada otak
3.  Gangguan sirkulasi darah pada anggota tubuh yang mengakibatkan pembekuan serta amputasi pada  betis atau Gargarina.

Penyakit-penyakit pada organ pernapasan:
 Penyakit ini juga berkaitan secara langsung akibat mengkonsumsi rokok:
1.  Kanker Paru-Paru.
2.  Kanker Tenggorokan.
3.  Radang Rongga Tenggorokan yang akut.
4.  Radang Rongga Hidung dan alergi pada hidung.
5.  Asma dan berbagai macam bentuk alergi.
Penyakit-Penyakit Kejiwaan.
1. Kesedihan kejiwaan.
2. Kegamangan kejiwaan.
3. Tempramen yang labil.
4. Gangguan tidur.
5. Lemahnya selera.
6. Rasa cemas dan emosional.
Berikut data statistik yang dilakukan di Inggris tentang tingkat kematian pertahun perseratus ribu orang penduduk serta penyebabnya dan cara penggunaan rokok* :
Penyakit Tingkat. kematian Tingkat kematian pada perokok
kretek (sigaret)

  pipa 1-14 15-24 25 kretek
  kretek kretek kretek lebih
Kanker paru-paru 10 58 78 127 251
Kanker organ
pernafasan 1 9 5 7 33
Radang rongga kronis & Infezima  3 28 51 78 114
Serangan jantung 413 425 608 652 792
Gagal jantung 67 101 136 116 202
* Sumber : Jabir bin Salim Musa dkk, Al-Mukhoddirot (Al-Akhtor, Al Mukafahah, Al-Wiqoyah, Al-Ilaaj), hal. 153
Berikut data statistik dari penelitian yang dilakukan di Amerika tentang tingkat kematian pertahun yang diakibatkan oleh penyakit yang disebabkan merokok pada mereka yang berusia diatas dua puluh tahun*:
Penyakit Laki-laki                       Wanita
 Meninggal
keseluruhan Meninggal
karena
merokok Meninggal
keseluruhan Meninggal
karena
merokok
   
Kanker bibir,mulut & tekak 5754  3958 2689 1110
Kanker saluran makanan 6310 1717 1345 1257
Kanker perut 7368 1455 5772 1469
Kanker Pankreas 11513 3459 11634 1653
Kanker tenggorokan 2959 2385 664 247
Kanker paru-paru, saluran pernapasan & tenggorokan 82459 65659 36227 17170
Kanker kandung kemih 6597 2447 3114 853
Kanker ginjal 5424 1319 3403 304
Tekanan darah tinggi 13464 2099 17855 2645
Sakit jantung 78340 22362 27000 4892
Pengerasan pembuluh darah 9235 2200 15216 4797
Radang paru-paru dan Influenza  28774 5986 28935 2679
Radang saluran  pernapasan yang akut dan Infezima  10708 9097 5517 3831
Tersumbatnya saluran pernafasan yang akut 31240 26541 26525 11545
• Sumber : Jabir bin Salim Musa, Al-Mukhoddirot …, hal 13
Penyakit-penyakit yang menimpa organ pencernaan:
 Perokok dengan segala macam caranya akan mengalami hal berikut:
1.  Radang Mulut, bibir, lidah dan rahang serta Radang gigi, gusi dan pecahnya email (lapisan gigi).
2.  Kanker mulut, bibir, lidah, rahang dan gusi.
3.  Kanker Tekak.
4.  Kanker Saluran Makanan.
5.  Kanker Pankreas.
6.  Radang saluran pernapasan dan Tekak.
7.  Radang dan luka pada lambung dan usus dua belas jari.
Penyakit yang menimpa mata:
1. Radang selaput ikat mata.
2. Radang selaput pelangi mata.
3. Bertambahnya alergi pada mata.
4. Melebarnya pupil mata akibat pengaruh nikotin dan  cahaya yang rusak.
5. Radang saraf dan terhentinya pertumbuhan  pada mata yang dapat  mengakibatkan rabun mata .
  Penyakit yang menimpa sistim saluran air kencing:
1.  Tumor jinak pada kandung kemih.
2.  Kanker pada kandung kemih (penyakit ini kian bertambah jika seseorang mengidap Billharsia).
3.  Kanker Ginjal.  
                                                          
Bahaya merokok pada kehidupan seksual:
 Merokok berdampak buruk  terhadap  sperma,  terutama bagi mereka yang mengalami lemah sperma, dapat mengakibatkan kemandulan dan dapat mengakibatkan kelemahan seksual bagi perokok berat.
Wanita dan Rokok
 Wanita perokok juga berpotensi sama mengidap penyakit yang telah disebutkan terdahulu, disamping itu mereka juga akan mengidap penyakit yang khusus terhadap wanita:
1.  Berpeluang besar terkena kanker leher rahim.
2.  Sering mengalami keguguran
3.  berkurangnya timbangan bayi yang dilahirkan.
4.  Berpeluangnya kematian bayi dan  keguguran.
Anak-anak dan Bahaya rokok.
 Anak-anak yang menjadi perokok pasif (tidak merokok, tapi dekat/menghirup asap orang yang merokok) karena kedua orang tuanya atau salah satunya merokok akan  mendatangkan beberapa penyakit terhadap mereka, diantaranya:
1.  Berpeluang besar terkena radang paru-paru, khususnya bagi bayi yang menyusui.
2.  Berpeluang terkena alergi pada organ pernapasan (hidung, rongga hidung, saluran udara)
3.  Lambatnya petumbuhan fisik dan otak jika dibandingkan dengan anak-anak yang kedua orang tuanya tidak merokok.
 Adapun anak-anak yang sudah merokok, maka kemungkinan mereka terkena penyakit diatas menjadi dua kali lipat.

Selasa, 21 Juni 2011

~* <<< Tanda-Tanda Telah Meraih Kenikmatan Ibadah >>> *~

Assalamu'alaikum...
Bismillahir-Rahmanir-Rahim...

KETIKA ENGKAU BERSEMBAHYANG

Ketika engkau bersembahyang...
Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan
Partikel udara dan ruang hampa bergetar... Bersama-sama
mengucapkan Allahu Akbar .... Bacaan Al-Fatihah dan surah.. Membuat
kegelapan terbuka matanya .... Setiap doa dan pernyataan pasrah .....
Membentangkan jembatan cahaya .... Tegak tubuh alifmu mengakar ke pusat
bumi .... Ruku' lam badanmu memandangi asal-usul diri .... Kemudian mim
sujudmu menangis ...Di dalam cinta Allah hati gerimis .... Sujud adalah
satu-satunya hakekat hidup ..... Karena perjalanan hanya untuk tua dan
redup ..... Ilmu dan peradaban takkan sampai .. Kepada asal mula setiap
jiwa kembali ...Maka sembahyang adalah kehidupan ini sendiri .... Pergi
sejauh-jauhnya agar sampai kembali .... Badan di peras jiwa dipompa tak
terkira-kira .... Kalau diri pecah terbelah, sujud mengukuhkannya ....
Sembahyang di atas sajadah cahaya ... Melangkah perlahan-lahan ke rumah
rahasia .... Rumah yang tak ada ruang tak ada waktunya ... Yang tak
bisa dikisahkan kepada siapapun .... Oleh-olehmu dari sembahyang adalah
sinar wajah ...Pancaran yang tak terumuskan oleh ilmu fisika ... Hatimu
sabar mulia, kaki seteguh batu karang ... Dadamu mencakrawala ...,
seluas 'arasy sembilan puluh sembilan........
Oleh :Emha Ainun Najib

Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang memasuki pasar maka hendaklah ia membaca :

"Laa ilaaha illallahu wahdahuu laa syariikalahu, lahul mulku walahul hamdu yuhyi wayumiitu, wa huwa hayyun laa yamuutu, biyadihil khoir, wa huwa 'alaa kulli syai'in qodiir..."

(Tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian, Yangmenghidupkan dan Mematikan. Ia hidup dan tidak mati, di Tangan-Nya kebaikan dan Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu.),

maka Allah akan menulis baginya satu juta kebaikan, dihapuskan darinya satu juta kejelekan dan diangkat dirajatnya satu juta dirajat." Dan dalam riwayat lain disebutkan: "Dan akan dibangun untuknya rumah di surga."
(HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim)

------------------------------------------------~>>>


Tidak diragukan lagi bahwa ibadah menghadirkan rasa nikmat, kebahagiaan hati kelapangan dada, dan ketentraman jiwa. Rasa-rasa ini hadir ketika seorang hamba sedang melaksanakan ibadah kepada penciptanya. Dan rasa itu terus berlanjut walau sudah selesai dari melaksanakannya.

Seorang 'abid (yang beribadah) merasakan manisnya iman dalam hatinya, kenikmatan bermunajat dalam dzikir mereka, ketenangan dan ketentraman jiwa ketika ruku' dan sujud. Semua ini adalah kenikmatan ibadah yang sebenarnya diharap oleh nafsun muthmainnah (jiwa yang tenang).

Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam dalam sabdanya:

“Dan dijadikan penyejuk mataku di dalam shalat.” (HR. An-Nasai, dihasankan Asy-Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad, 1/82)

Beliau shallallahu 'alaihi wasallam memberikan pernyataan seperti ini karena beliau mendapatkan kelezatan dan kebahagiaan hati ketika mengerjakan shalat. Panjangnya shalat malam beliau merupakan satu bukti tentang kelezatan yang beliau peroleh tatkala bermunajat kepada Rabb-nya.

Menjelang wafat, Mu’adz bin Jabal radhiallahu 'anhumenangis. Namun ia bukan menangisi ajal yang akan menjemputnya. Berikut sebab tangisnya:

“Aku menangis hanyalah karena aku tidak akan merasakan lagi rasa dahaga (orang yang berpuasa) ketika hari sangat panas, bangun malam untuk melaksanakan shalat di musim yang dingin, dan berdekatan dengan orang-orang yang berilmu saat bersimpuh di halaqah dzikir."

Aku menangis hanyalah karena aku tidak akan merasakan lagi rasa dahaga (orang yang berpuasa) ketika hari sangat panas, bangun malam untuk melaksanakan shalat di musim yang dingin, . . (Mu'adz bin Jabal)

Kenikmatan yang dirasakan seorang hamba dalam ibadahnya tadi merupakan anugerah Allah terbesar baginya. Dia akan selalu rindu dengan ibadah dan senantiasa menunggu-nunggu kehadirannya. Sebelum waktu ibadah itu tiba, dia sudah bersiap diri menyambutnya.

Namun, tidak semua orang yang beribadah merasakan kenikmatan tersebut. Allah sebutkan tentang kondisi orang munafikin yang kosong dari kenikmatan dalam melaksanakan ibadah yang paling utama, yaitu shalat.

"Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali." (QS. An Nisa': 142)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam menfasirkan ayat di atas, "inilah sifat orang munafikin terhadap amal ibadah yang paling mulia, utama, dan terbaik, yaitu shalat. Jika melaksanakannya, mereka berdiri dengan malas. Hal ini disebabkan karena tidak ada niatan dalam dirinya, tidak mengimaninya, dan tidak memahami maknanya."

Sesungguhnya orang yang merasakan kenikmatan ibadah memiliki tanda-tanda dzahir sebagaimana iman juga memiliki indikasi-indikasi dzahirnya. Allah berfirman,

"Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud." (QS. Al Fath: 29)

Abu Darda', salah seorang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Wahai Ahlul Madinah, kenapa aku tidak melihat kenikmatan iman pada diri kalian? Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalau seandainya seekor hewan merasakan kenikmatan iman pasti akan terlihat manisnya iman padanya." (Dalam az Zuhd libni al Mubarak dan Syu'ab al Iman milik Imam al Baihaqi: III/130)

Di antara tanda-tanda orang merasakan nikmatnya ibadah adalah bersegera melaksanakan ketaatan, memperpanjang bacaan shalat, merutinkan puasa, memperbanyak tilawah al Qur'an, merasa rugi jika tertinggal dari melaksanakan ketaatan, dan rindu bertemu dengan Allah untuk merasakan kenikmatan terbesar.


Pertama, bersegera melaksanakan ketaatan

Sikap seorang mukmin jika menghadapi macam ibadah apapun, dia akan bersegera melaksanakannya karena rindu dengan kedatangannya. Baik terhadap waktu shalat, kedatangan bulan ramadlan, haji, jihad atau ibadah lainnya.

Dia berusaha agar tidak didahului oleh orang lain dalam masalah ibadah. Sebagaimana dia tidak mau menjadi urutan pertama dalam urusan dunia dan terlambat dalam urusan akhirat. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

"Janganlah menjadi orang yang pertama kali masuk ke dalam pasar dan yag terakhir keluar darinya." (HR. at Thabrani dalam al Kabir dengan sanad shahih dan al Baihaqi dalam Syu'ab al Iman)

karena pasar menjadi markas syetan dan dikibarkan bendera mereka. Hal ini menunjukkan agar seorang mukmin tidak berlomba dan berkompetisi dalam urusan dunia, tapi mereka hanya mau berkompetisi dalam urusan akhirat.

Berlomba-lomba menjadi juara pertama dalam urusan akhirat tidaklah masuk kategori kompetisi yang tercela. Bahkan mengalah dalam hal ini tidak diperbolehkan. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Mengalah (mendahulukan yang lain) dalam segala sesuatu itu baik, kecuali dalam urusan akhirat." (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh al Hakim dan disepakati oleh al Dzahabi dari Sa'id bin Abi Waqqash dalam Shifatus Shafwah (III/304).

'Adi bin Hatim, salah seorang shabat, sudah bersiap-siap melaksanakan shalat sebelum datang waktunya dan selalu rindu dengan kehadirannya. Dia menyatakan, "tidaklah datang waktu shalat kecuali aku sudah siap. Dan tidaklah datang waktu shalat kecuali aku sudah sangat rindu melaksanakannya."

Tokoh besar Tabi'in, Sa'id bin Musayyib mengatakan, "sejak tiga puluh tahun, tidaklah seorang mu'adzin mengumandangkan adzan kecuali aku sudah berada di masjid."

. . . sejak tiga puluh tahun, tidaklah seorang mu'adzin mengumandangkan adzan kecuali aku sudah berada di masjid. . . (Sa'id bin Musayyib)

Beliau juga pernah mengatakan, "aku tidak pernah ketinggalan takbir pertama dalam shalat selama 50 tahun. Aku juga tak pernah melihat punggung para jamaah, karena aku selalu berada di shaf terdepan selama 50 tahun."

Muhammad bin Sama'ah at Tamimi rahimahullahmenyatakan selama empat puluh tahun tidak pernah tertinggal takbiratul ihramnya imam, kecuali ketika ibunya meninggal.

Muhammad bin Sama'ah at Tamimi . . . selama empat puluh tahun tidak pernah tertinggal takbiratul ihramnya imam. . .

Al Imam al Qari', 'Ashim bin Abil Junud ketika melewati sebuah masjid pasti beliau mampir untuk melaksanakan shalat di sana. Hal ini karena beliau sangat rindu dengan shalat.

Yunus bin Ubaid sudah dalam kondisi siap sebelum perintah Allah datang kepadanya. Makanya dia senantiasa dalam kondisi suci supaya tidak tertinggal dari shalat sunnah atau shalat wajib ketika datang waktunya.

Juga perlu diketahui, syetan berusaha keras agar seorang mukmin terlambat melaksanakan ibadah. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan, syetan mengikatkan tiga ikatan pada tengkuk seseorang ketika sedang tidur. Pada setiap ikatan tadi syetan mengatakan, "malam masih panjang teruslah tidur." Dan ketika orang tadi bangun lalu mengingat Allah, maka lepaslah satu ikatan darinya. Lalu jika dia berwudlu, lepas satu ikatan lagi. Dan jika ia shalat maka lepaslah seluruh ikatan syetan sehingga di pagi hari dia akan semangat. Dan jika tidak melakukan semua tadi, di paginya dia akan malas."(HR. Al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

...syetan berusaha keras agar seorang mukmin terlambat melaksanakan ibadah...

Karenanya jangan ditunda-tunda ketika ingin melaksanakan ibadah dan ketika tiba kesempatan beribadah.


Kedua, memperpanjang bacaan shalat

Orang yang merasakan nikmatnya ibadah tidak akan merasakan banyaknya waktu yang dihabiskannya, bahkan waktu yang panjang terasa sebentar.

Setahun dihabiskan untuk kesenangan terasa sebentar
Sehari yang berisi keburukan terasa setahun

Dari sini, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan qiyamullail dengan membaca surat al Baqarah, Ali Imran, dan al Nisa' dalam satu rakaat. Tidak terasa waktu yang lama itu karena terisi nikmatnya munajat.

Begitu juga yang dijalankan oleh para sahabat beliaushallallahu 'alaihi wasallam dan para pengikut mereka. Diriwayatkan dari khalifah Utsman bin 'Affan, beliau menghatamkan Al Qur'an dalam satu rakaat. (Diriwayatkan Abu 'Ubaid dalam Fahlaa-il al Qur'an: hal. 90).

Beliau bisa begitu karena tidak merasa capek dengan lamanya berdiri dalam shalat karena merasakan nikmatnya membaca Al Qur'an. Beliau sendiri pernah berkata:

"Jika hati kalian bersih, pasti tidak akan pernah kenyang untuk membaca al Qur'an." (HR. Ahmad dalam Zawaid al Zuhd: 155)

Tamim ad Daari, Sa'id bin Jubair, dan Imam Abu Hanifahrahimahumullah menghatamkan Al Qur'an dalam satu raka'at bersama beberapa orang, sebagaimana yang dikomentari oleh Imam Nawawi rahimahullah, "boleh jadi ini pada malam musim dingin yang panjang, ditambah lagi berkahnya masa pada zaman itu." (At Tibyan fi Aadaab Hamalah Al Qur'an: 81)

"Jika hati kalian bersih, pasti tidak akan pernah kenyang untuk membaca al Qur'an."

Abu Ishaq al Sabi'ii rahimahullah ketika sudah tua tidak mampu berdiri shalat sehingga harus dibantu. Jika sudah berdiri shalat, beliau membaca seribu ayat. Beliau mengatakan, "aku sudah tua dan tulangku sudah lemah, sungguh hari ini, aku berdiri shalat dengan membaca surat al Baqarah dan Ali Imran."

Subhanallah, di kala sudah tua dan lemah, beliau berdiri shalat dan tidak ruku' kecuali setelah membaca surat al Baqarah dan Ali Imran. Untuk membaca kedua surat tadi, paling tidak dibutuhkan waktu satu seperempat jam.

Di bawah itu ada 'Atha bin Abi Rabbaah (w. 114 H.) pada saat sudah tua dan lemah, beliau melaksanakan shalat dan membaca dua ratusan ayat dari suarat al Baqarah dengan berdiri, selama itu beliau tidak bergeser dan tidak bergerak. (Dikeluarkan oleh al Baihaqi dalam Syu'ab al Imaan: 6/783)

Khalid bin Daarik berkata, "kami memiliki seorang imam di Bashrah. Dia menghatamkan Al Qur'an empat hari sekali selama bulan Ramadlan. Dan kami menilainya sudah meringankan bacaan." Artinya dia membaca seperempat Al Qur'an setiap harinya, dan masih dianggap telah meringankannya. Tidak ada penafsiran lain kecuali mereka itu jika sudah menghadap Rabb-nya Yang Mahasuci dan Maha tinggi, mereka lupa kepada selain-Nya.

Ada bentuk memanjangkan shalat yang lain, yaitu shalat Shubuh dengan wudlu isya'. Dan sudah banyak ulama Salafus Shalih yang mengerjakannya. Maknanya mereka tidak tidur semalaman, waktunya diisi dengan ibadah dan berkhalwah (menyendiri) dengan Allah 'Azza wa Jalla.

Di antara mereka adalah Sa'id bin Musayyib rahimahullah. Disebutkan bahwa beliau melakukan shalat Shubuh dengan wudlu Isya' selama lima puluh tahun. Ini adalah imam at tabi'in dan pemimpin mereka. Dalam amalnya tidak ada yang diingkari. Hal itu tidak hanya dikerjakan satu atau dua tahun. Kalau seandainya jumlah yang disebutkan itu dibesar-besarkan, maka prakteknya tidak akan kurang dari setengahnya.

Ulama salaf lainnya adalah Sulaiman al Taimi al Bashrirahimahullah yang shalat shubuh dengan wudlu' isya' selama 40 tahun.

Di antara salafus Shalih ada yang bersungguh-sungguh ibadah sehingga kalau dikatakan kiamat terjadi besok hari, dia tidak bisa lagi menambah amal ibadahnya, karena sudah dikerjakan melebihi kemampuan. Di antara mereka ada Abu Muslim al Khaulani rahimahullah, beliau berkata, "kalau dikatakan padaku, Jahannam sudah dinyalakan, maka aku tak bisa lagi menambah amalku."

Kenikmatan ibadah yang dirasakan sebagian ulama menjadikan mereka berdoa kepada Allah agar menganugerahkan shalat di kuburnya. Harapannya supaya bisa merasakan nikmatnya shalat di alam kubur sebagaimana yang dirasakannya di dunia. Dan Allah mengabulkan permohonannya itu.

"Ya Allah, jika Engkau masih memberikan kesempatan untuk shalat dalam kuburnya, maka berikan aku kesempatan shalat dalam kuburku." (doa Tsabit al Bannaani)

Tsabit bin Aslam al Bannaani al Bashri rahimahullah berkata, "tidak ada sesuatu yang kurasakan dalam hatiku lebih nikmat daripada qiyamullail." Dan beliaupun berdo'a "Ya Allah, jika Engkau masih memberikan kesempatan untuk shalat dalam kuburnya, maka berikan aku kesempatan shalat dalam kuburku." (Dikeluarkan oleh al Baihaqi dalamSyu'ab al Imaan: 6/402)

Lalu Allah mengabulkan permintaannya, maka dilihat oleh Abu Sinan -orang yang menguburkannya-Tsabit shalat dalam kuburnya. Dan ada orang yang bersumpah telah bermimpi melihatnya shalat di kubur dengan memakai pakaian sutera hijau.

Mereka menghidupkan malamnya dengan ketaatan kepada Rabb-nyaDengan tilawah, tadharru', dan berdoa


Air mata mereka mengalir dengan deras

Seperti mengalirnya lembah karena hujan

Di waktu malam laksana rahib, dan ketika berjihad

menghadapi musuhnya, mereka ksatria paling berani

Di wajahnya terdapat bekas sujud pada tuhan-nya

Dengannya kilauan pancaran cahaya-nya


Imam al Syatibi rahimahullah berkata, "yang disebutkan tentang orang shalih terdahulu berupa amal-amal mereka yang berat yang tidak bisa dikerjakan kecuali oleh pribadi-pribadi yang telah Allah persiapkan untuk melaksanakannya dan menyiapkannya untuk mereka. Allah telah menjadikan mereka suka kepada amal-amal itu. Hal itu tidaklah menyimpang dari sunnah, bahkan mereka tergolong dalam kelompok as Sabiqiin (bersegera melaksanakan ketaatan), semoga Allah menjadikan kita dalam barisan mereka. Hal itu dikarenakan alasan yang menjadikan dilarangnya beramal yang berat telah hilang dari diri mereka. Maka larangan itu tidak berlaku atas mereka." (Al Muwafaqaat: 2/140)

Sesungguhnya kenikmatan ibadah bukan ada pada zaman dahulu saja. Al Hamdulillah, zaman kita sekarang juga masih ada. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz rahimahullahselalu menjaga qiyamullail dalam kondisi muqim atau safar.

Dikisahkan oleh salah seorang sahabat beliau, dalam sebuah perjalan darat dari Riyadl ke Makkah. Di pertengahan malam, pukul 24.00 waktu setempat, Syaikh berkata: "Bagaimana kalau kita tidur dulu di sini kemudian kita lanjutkan perjalanan esok pagi?" Orang-orang yang dalam rombongan beliau setuju. Lalu mereka tidur, sedangkan Syaikh minta air untuk wudlu kemudian shalat sebanyak yang beliau mau, setelah itu beliau tidur. Ketika bangun shalat Shubuh, mereka dapati Syaikh telah lebih dulu bangun dan sudah shalat. (Sekilas biografi Syaikh Abdul 'Aziz bin Bazz oleh Andurrahman al Rahmah : 236-237)

Suatu kali beliau diundang ke Jeddah -waktu itu beliau berada di Makkah-, beliau sanggupi undangan itu. Beliau kembali ke rumahnya di Makkah pada pukul 02.00 dini hari. Orang-orang dalam rombongan beliau tidur. Ketika sudah masuk waktu untuk shalat tahajjud, sekitar pukul 03.00, beliau membangunkan mereka untuk shalat. Kamudian beliau shalat hingga masuk shubuh. Setelah shalat, beliau menyampaikan ceramah sebentar lalu melakukan aktifitas mu'amalah.

Itulah beliau, di tengah-tengah agenda harian beliau yang padat, tidak pernah meninggalkan qiyamullail.

Wahai ikhwan fillah, contoh-contoh yang disebutkan di depan terasa jauh dari angan-angan kita. Jika antum sekalian mau, pasti bisa Insya Allah. Caranya, laksanakan secara bertahap, sedikti-demi sedikit. Mulailah shalat malam dengan beberapa surat pendek. Setelah berjalan beberapa hari, mulailah membaca surat-surat panjang. Lama-kelamaan, antum akan terbiasa melaksanakan shalat dengan lama. Jangan seperti orang yang langsung shalat dengan bacaan panjang lalu berhenti, tidak melaksanakannya lagi. Sesungguhnya amal yang disenangi Allah adalah yang kontinyu walau sedikit.

Sesungguhnya amal yang disenangi Allah adalah yang kontinyu walau sedikit.


Semoga bermanfaat dan penuh Kebarokahan dari Allah.....

UNTUK IBU

Orang yang paling berjasa dalam hidup Anda, seandainya dia hanya mengandung, melahirkan dan menyusuimu tidak lebih, dia tetaplah manusia yang paling berjasa, bahkan bapakmu sekalipun, dari sini tidak heran bila Rasulullah shallallhu 'alaihi wa sallam mengulang perintahnya kepada seorang laki-laki untuk memberikan kebaikannya kepada ibunya sebanyak tiga kali, baru setelah itu kepada bapaknya.

Ali bin al-Husain bin Ali tidak duduk bersama ibunya saat makan, saat ditanya mengapa dia melakukan hal itu, dia menjawab, “Aku khawatir mataku menginginkan suatu makanan yang diinginkan oleh ibuku, kemudian aku mendahuluinya mengambilnya, maka dengan itu aku telah mendurhakainya.”

Kahmas bin al-Hasan melihat seekor kalajengking masuk ke dalam kamar ibunya, lalu dia menyumpal semua lubang yang ada di kamar tersebut, tinggal satu lubang yang belum tersumpal karena tidak ada yang dibuat menyumpal, maka Kahmas menyumpalnya dengan kakinya dan sialnya justru itulah lubang persembunyian kalajengking, maka kakinya disengat, namun dia tidak menarik kakinya dan menahan sakit semalaman, ketika dia ditanya mengapa melakukan itu, dia menjawab, “Aku khawatir ia akan menyengat ibuku yang sedang istirahat.”

Muhammad bin Sirin berkata, di zaman Usman bin Affan harga pohon kurma mencapai seribu dirham, lalu Usamah menebang sebuah pohon kurma, dia mengambil daging pohonnya yang ada di pucuknya dan memberikannya kepada ibunya. Orang-orang bertanya, “Mengapa engkau melakukan padahal engkau tahu harganya yang seribu dirham?” Dia menjawab, “Ibuku memintanya, dia tidak meminta sesuatu yang aku mampu kecuali aku melakukannya.”

Abdullah bin al-Mubarak berkata, Muhammad bin al-Munkadir berkata, “Umar –saudaranya- shalat malam, sedangkan aku memijiti kaki ibuku yang sakit, malam yang aku lalui lebih aku sukai daripada malamnya.” Maksudnya aku lebih menyukai menghabiskan malam untuk ibuku daripada malam untuk shalat.

Dari Ibnu Aun berkata, seorang laki-laki datang kepada Muhammad bin Sirin yang saat itu sedang bersama ibunya, laki-laki itu bertanya, “Apakah Muhammad sakit?” Orang-orang menjawab, “Tidak, tetapi begitulah dia kalau sedang bersama ibunya.”

Dari Ibnu Aun bahwa Muhammad bin Sirin dipanggil oleh ibunya, dia menjawab lebih keras dari suara ibunya, maka dia memerdekakan dua hamba sahaya.

Hisyam bin Hassan berkata, “Al-Hudzail putra Hafshah binti Sirin mengumpulkan kayu bakar, dia mengulitinya dan membelahnya.” Ibunya Hafshah berkata, “Bila musim dingin tiba, maka dia membawa tungku dan meletakkannya di belakangku dan aku duduk di tempat shalatku, kemudian dia duduk dan menyalakan tungku dengan kayu yang dikumpulkannya, asapnya tidak menggangguku dan aku merasa hangat, hal itu berlangsung masya Allah, padahal dia bisa menyuruh orang lain dengan mengupahnya kalau dia mau, terkadang aku ingin berkata kepadanya, ‘Putraku, pulanglah ke rumahmu.’ Namun aku ingat apa yang ingin dilakukannya, maka aku membiarkannya.” Wallahu a’lam.

Wassalam,
Salam Ukhuwah selalu.

Jumat, 17 Juni 2011

FADHILAH HARI JUM'AT

Diantara Fadhilah Hari Jum’at :

1.      Bahwasanya ia adalah sebaik-baik hari. Dari Abu Hurairoh Radhiyallahu ’anhu dari Nabi Shallallahu ’alaihi wa Salam beliau bersabda :

خير يوم طلعت عليه الشمس يوم الجمعة فيه خلق آدم وفيه أدخل الجنة وفيه أخرج منها ولا تقوم الساعة إلا في يوم الجمعة

Sebaik-baik hari yang matahari terbit padanya (hari cerah) adalah hari Jum’at, (karena) pada hari ini Adam diciptakan, hari ini pula Adam dimasukkan ke dalam surga dan dikeluarkan darinya, dan tidaklah akan datang hari kiamat kecuali pada hari Jum’at.” [HR Muslim].

2.      Hari ini mengandung kewajiban sholat Jum’at yang merupakan sebesar-besar kewajiban Islam yang paling ditekankan dan seagung-agungnya berhimpunnya kaum muslimin. Barangsiapa meninggalkannya (menunaikan sholat Jum’at) karena meremehkannya, niscaya Alloh tutup hatinya sebagaimana di dalam hadits shahih yang diriwayatkan Muslim.

3.      Bahwasanya di dalamnya terdapat waktu yang orang berdo’a di dalamnya diijabahi (dikabulkan). Dari Abu Hurairoh radhiyallahu ’anhu berkata : Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam bersabda :

إن في الجمعة ساعة لا يوافقها عبد مسلم وهو قائم يصلى يسأل الله شيئا إلا أعطاه إياه

Sesungguhnya di dalam hari Jum’at ini, ada suatu waktu yang tidaklah seorang Muslim menemuinya (hari Jum’at) sedangkan ia dalam keadaan berdiri sholat memohon sesuatu kepada Alloh, melainkan akan Alloh berikan padanya.” (Muttafaq ’alaihi)

Ibnul Qoyyim berkata setelah menyebutkan adanya perselisihan tentang penentuan spesifikasi waktu ini :

”Pendapat-pendapat yang paling rajih (kuat) adalah dua pendapat yang keduanya terkandung di dalam sebuah hadits yang tsabit (shahih). Yaitu : Pendapat pertama, bahwasanya (waktu ijabah tersebut) mulai dari duduknya imam hingga ditunaikannya sholat, sebagaimana dalam hadits Ibnu ’Umar bahwasanya Nabi Shallallahu ’alaihi wa Salam bersabda :


هي ما بين أن يجلس الإمام إلى أن تقضى الصلاة

”(waktu ijabah tersebut) yaitu diantara duduknya imam sampai ditunaikannya sholat.” (HR Muslim).

Pendapat kedua, yaitu setelah waktu ’Ashar. Dan ini adalah dua pendapat yang paling kuat. [Zaadul Ma’ad I/389-390].

4.      Bahwasanya bersedekah di dalamnya kebih baik daripada bersedekah pada hari lainnya. Ibnul Qoyyim berkata : ”bersedekah pada hari Jum’at dibandingkan hari-hari lainnya dalam sepekan, seperti bersedekah pada bulan Ramadhan dibandingkan bulan-bulan lainnya.” Dan di dalam hadits Ka’ab (dikatakan) :

والصدقة فيه  أعظم من الصدقة في سائر الأيام

Bersedekah di dalamnya lebih besar (pahalanya) daripada bersedekah pada hari lainnya.” [hadits mauquf shahih namun memiliki hukum marfu’].

5.      Bahwasanya ia adalah hari dimana Alloh Azza wa Jalla memuliakan di dalamnya para wali-wali-Nya kaum mukminin di dalam surga. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ’anhu, beliau berkata tentang firman Alloh Azza wa Jalla :

(( وَلَدَيْنَا مَزِيْدٌ )) 

Dan pada sisi kami ada tambahannya.” (QS Qoof : 35)

Beliau berkata : ”Alloh muliakan mereka pada tiap hari Jum’at.”

6.      Bahwasanya ia adalah hari ’Ied (perayaan) yang berulang-ulang setiap pekan. Dari Ibnu ’Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata : Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam bersabda :

إ ن هذا يوم عيد جعله الله للمسلمين فمن جاء الجمعة فليغتسل...

Sesungguhnya hari ini adalah hari ’Ied yang Alloh jadikan bagi kaum Muslimin, barangsiapa yang mendapati hari Jum’at hendaknya ia mandi...” [HR Ibnu Majah dalam Shahih at-Targhib I/298].

7.      Bahwasanya ia adalah hari yang menghapuskan dosa-dosa. Dari Salman beliau berkata : Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam bersabda :

لا يغتسل  رجل يوم الجمعة ويتطهر ما استطاع من طهر ويدهن من دهنه أو يمس من طيب بيته ثم يخرج فلا يفرق بين اثنين ثم يصلي ما كتب له ثم ينصت إذا تكلم  الإمام إلا غفر له ما  بينه وبين الجمعة الأخرى

Tidaklah seorang hamba mandi pada hari Jum’at dan bersuci dengan sebaik-baik bersuci, lalu ia meminyaki rambutnya atau berparfum dengan minyak wangi, kemudian ia keluar (menunaikan sholat Jum’at) dan tidak memisahkan antara dua orang (yang duduk), kemudian ia melakukan sholat apa yang diwajibkan atasnya dan ia diam ketika Imam berkhutbah, melainkan segala dosanya akan diampuni antara hari Jum’at ini dengan Jum’at lainnya.” [HR Bukhari].

8.      Bahwasanya orang yang berjalan untuk menunaikan sholat Jum’at, pada tiap langkah kakinya ada pahala puasa dan sholat setahun sebagaimana hadits Aus bin Aus radhiyallahu ’anhu beliau berkata :

Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam bersabda :

من غسل واغتسل يوم الجمعة وبكر وابتكر ودنا من الإمام فأنصت, كان له بكل خطوة يخطوها صيام سنة وقيامها وذلك على الله يسير

Barangsiapa yang mandi lalu berwudhu pada hari Jum’at, lalu ia bersegera dan bergegas (untuk sholat), kemudian ia mendekat kepada imam dan diam, maka baginya pada setiap langkah kaki yang ia langkahkan (ada pahala) puasa dan sholat setahun, dan yang demikian ini adalah sesuatu yang mudah bagi Alloh.” [HR Ahmad dan Ashhabus Sunnan, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah].

Allohu Akbar! Setiap langkah yang diayun menuju sholat Jum’at sepadan dengan puasa dan sholat setahun?!

Dimana orang-orang yang mau berlekas untuk menuju kebesaran ini?! Dimana orang-orang yang menginginkan anugerah ini?!

(( ذَلِكَ فَضْلُ اللّهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُوْ الفَضْلِ العَظِيْمِ )) 

Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS al-Hadiid : 21)

9.      Bahwasanya Jahannam itu dinyalakan –yaitu dikobarkan apinya- setiap hari dalam sepekan kecuali pada hari Jum’at, yang mana hal ini sebagai (salah satu bentuk) pemuliaan terhadap hari yang agung ini. [Lihat Zaadul Ma’ad I/387].

10. Bahwasanya meninggal pada hari Jum’at atau malamnya merupakan tanda-tanda husnul khotimah, dimana orang yang wafat pada hari ini akan aman dari siksa kubur dan dari pertanyaan dua Malaikat. Dari Ibnu ’Amr radhiyallahu ’anhuma beliau berkata : Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam bersabda :

ما من مسلم يموت يوم الجمعة أو ليلة الجمعة إلا وقاه الله تعالى فتنة القبر 

Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jum’at atau pada malam Jum’at, kecuali Alloh Ta’ala lindungi dari fitnah kubur.” [R Ahmad dan Turmudi, dishahihkan oleh al-Albani].


Wallahua'lam bishshowwab
Semoga bermanfaat

oleh Muhammad Zainuddin pada 16 Juni 2011 jam 14:48